BAKPIA Minomartani (Mino) dijual dengan harga murah. Satu dos berisi 20 butir bakpia, hanya dijual Rp 18 ribu. Harga murah itu didapat, karena bantuan Pemerintah Kabupaten Sleman, dan Pemerintah Desa Minomartani.
Ketua Paguyuban Pembuat Bakpia Minomartani, Mugiarti mengatakan, Bakpia Mino diproduksi secara perorangan oleh warga Perumahan Minomartani. Meski dibuat perorangan, soal harga dan rasa tak kalah dengan bakpia yang diproduksi pabrikan.
“Bakpia dengan varian tiga rasa, yaitu kacang ijo, cokelat, dan keju. Satu dos berisi 20 butir bakpia dibandrol Rp 18 ribu,” katanya.
Harga tersebut jauh lebih murah dibandingkan dengan bakpia produksi tempat lain. Meski murah, soal rasa tak mau kalah. Sebab, para produsen Bakpia Mino menggunakan bahan baku berkualitas, dan teknik pembuatandengan peralatan tradisional. “Bapkia dioven dengan tradisional, sehingga rasanya khas,” katanya.
Proses oven tradisional yang dimaksud, bahwa proses ovennya dengan pemasan api, bukan listrik. “Dalam sehari, rata-rata per produsen mampu membuat dan menjual bakpia sekitar 5 kilogram,” tandasnya.
Masing-masing produsen Bakpia Mino, sedikitnya mempekerjakan warga sekitar tiga orang. “Satu produsen minimal memakai 3 pekerja. Ada juga yang lima hingga 10 orang,” katanya.
Salah seorang produsen Bakpia Mino, Sumidah mangaku, bakpia produknya bisa dijual murah, karena ada dukungan dari Pemkab Sleman dan Pemdes Minomartani. Bantuan dari Pemkab Sleman, antara lain telah menguruskan hak kekayaan intelektual (HAKI), dan sertifikasi halal kepada semua produsen Bakpia Mino. “Kami juga dibantu akses permodalan dan bantuan peralatan. Pemerindah desa juga ikut memperhatikan kami,” ujar Midah, sapaan akrab Sumidah.
Kepala Desa Minomartani, Edi Suroto, mengaku bangga atas keberadaan sentra produksi bakpia di wilayahnya. Agar sentra bapkia ini terus hidup dan bekerkembang, pemdes selalu melakukan pembinaan dan membantu pemasarannya. “Kalau ada kunjungan, atau acara di balai desa, kami tak lupa selalu menyuguhkan Bakpia Mino sebagai hidangan dalam acara tersebut,” katanya kepada Radar Desa kemarin.
Pembinaan yang dimaksud adalah setiap saat melakukan pemantauan dan pelatihan rutin. Ia pun membantu produsen bakpia untuk mendapatkan akses permodalan, entah itu melalui perbankan maupun dari Pemkab Sleman.”Rata-rata para produsen Bakpia Mino, modalnya sudah cukup. Tinggal bagaimana memasarkan bakpia ke masyarakat lebih luas, sehingga semakin laris,” terang Edi. (mar/jko/mg1)