“Cinta pada salam kedamaian

Lisan dan tangan

Menghapus pertikaian

Seperti raflesia menjadi katsuri

Sekata menyulap kalbu berseri “

Bait di atas merupakan sepenggal puisi berjudul “Salam Adalah Nyawa Dunia” karya Iqbal. Lewat 17 kata tersebut bocah 14 tahun itu mencoba mengkritisi hilangnya semangat perdamaian bangsa Indonesia dewasa ini.

Meski usianya masih sangat belia, pemikiran terhadap persoalan sosial patut diperhitungkan. Masalah alam, nasionalisme, perjalanan hidup, hingga persoalan kenegaraan dia kritisi lewat karya puisi.

Kebebasan berpikir menjadi alasan Iqbal menggeluti hobinya menulis puisi. Menyatukan hal-hal yang berbeda dalam majas-majas dan menciptakan diksi baru yang tidak terikat pada sebuah aturan khusus.

“Menjadi sastrawan,” tegasnya menjawab pertanyaan Radar Jogja tentang cita-citanya Minggu (14/1).

Di tengah kebiasaan anak muda sekarang, yang suka baper (terbawa perasaan, RED) dan curhat di sosial media, Iqbal pilih “memberontak” lewat kata-kata yang dibingkainya menjadi barisan puisi. Harapannya, ada perbaikan sosial.

“Dalam buku ini ada 48 puisi yang saya tulis dari hasil imajinasi dan pengamatan tentang kejadian sekitar. Baik itu alam, cerita masa kecil saya, kritik sosial, dan perjalanan diri saya sendiri,” ungkap siswa kelas VII SMPN 5 Kota Jogja itu menjelaskan isi buku kumpulan puisi “Beragam Jiwa Dalam Satu Bendera” yang diluncurkan Minggu (14/1).

Putra sulung pasangan Didik Haribowo DS dan Dewi Lestari itu berhasil keluar dari garis historisnya. Dirinya tidak berasal dari keluarga sastrawan maupun dunia tulis-menulis. Dengan kepercayaan dirinya yang tinggi, Iqbal optimistis puisi hasil karyanya dapat menghilangkan ruang sosial yang “berteriak” tentang segala perbedaan. Melalui karya ini Iqbal menunjukkan partisipasinya demi perkembangan dunia sastra di Indonesia.

Diksi, metapfora, serta tema yang mencuat dari puisi-puisinya tidak seperti karya sastra anak seusianya. Bisa dibilang, Iqbal layak disandingkan dengan penyair senior yang telah banyak makan asam garam dan jam terbang tinggi dalam dunia sastra. Demikian puji Else Liliani, dosen Jurusan Sastra Anak, Universitas Negeri Yogyakarta. “Gaya tutur kata Iqbal tidak mudah ditebak,” katanya.

“Iqbal memiliki wawasan pentingnya menjaga persatuan di tengah keberagaman Nusantara. Dia mampu merekam memori berbagai hal dan ia sajikan dengan kata-kata yang indah,” piji Else siang itu.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIJ Kadarmanta Baskara Aji turut apresiatif atas kiprah Iqbal dalam berpuisi. Aji memandang, Iqbal mampu mengembangkan kecerdasan naturalis, artistik, dan linguistik di usia yang masih sangat muda. Bahkan dia mampu menghasilkan buku kumpulan puisi yang tidak saja bisa dinikmati anak seusianya, namun juga orang dewasa.

Selain mahir membuat karya puisi, Iqbal pun sarat prestasi. Dia juga telah mengharumkan nama baik Jogjakarta di kancah nasional dengan meraih juara 2 Lomba Cipta dan Baca Puisi FLS2N SD di Manado pada 2016 silam. Penyuka nasi goreng ini juga mengantongi sederet prestasi dalam ajang saritilawah.(yog/mg1)