SLEMAN – Majalah Suara Muhammadiyah (SM) yang sudah berusia 103 tahun tidak terlepas dari campur tangan mantan Ketua PP Muhammadiyah Syafii Maarif. Selama ini mungkin masyarakat hanya mengenal sosok Buya Syafii sebagai guru besar filsafat sejarah dan sebagai intelektual pemikir. Tetapi sangat sedikit orang mengenal sosok Buya sebagai seorang jurnalis.
“Bahkan Buya mengawali sosok jurnalis ini dengan bertugas sebagai korektor di majalah Suara Muhammadiyah sejak 1965 sampai 1972. Kemudian dilanjutkan sampai 1982 sebagai staf redaksi,” ujar Direktur Utama SM Deni Asy’ari dalam kegiatan peluncuran buku otobiografi Buya Syafii Maarif di salah satu hotel di Jalan Laksda Adisutjipto No. 48, Sabtu (24/2).
Dalam buku yang ditulis oleh Dr Muhammad Yuanda Zara tersebut berisi perjalanan Buya di dunia jurnalistik. Kisah awal dirinya terjun ke media, tulisan apa saja yang telah diterbitkan, juga pengalaman lainnya. Buku ini berbicara sisi lain bagaimana peran Buya Syafii sebagai korektor, staf redaksi, dan jurnalis yang membentuk sosoknya hari ini.
BuyaSyafii sendiri mengaku sudah sejak lama mengagumi orang-orang yang pandai menulis dan pandai pidato. Oleh sebab itu dia mulai tertarik dengan jurnalistik.
“Saya tidak dikenal di kalangan jurnalis saat itu, hanya menjadi wartawan yang ala kadarnya dan menjadi anggota PWI namun pengalaman serta ilmu yang saya dapatkan selama menjadi wartawan sangat berpengaruh dalam hidup saya sampai sekarang,” ungkap Buya.
Dia sangat mengapresiasi penulis buku otobiografinya, yang juga sebagai sejarawa, karena Dr Muhammad Yuanda Zara dengan tekun dan rajin mencari dan membuka dokumen-dokumen tentangnya yang sudah sangat usang dan sulit didapatkan.
Pada kesempatan tersebut Buya Syafii juga menceritakan banyak sosok yang mengajarkannya dalam hal tulis menulis saat itu. Sebut saja sastrawan Bastari (alm) yang sering mengoreksi tulisan Buya. Kemudian ada sastrawan lain Muhammad Diponegoro (alm) dan wartawan Ahmad Baikuni sebagai sosok yang melatihnya waktu itu.
Sementara itu, peluncuran buku ini juga mendapatkan apresiasi dari Ketua DPR RI Bambang Susetyo yang turut hadir dalam kesempatan tersebut. Bambang yang pernah menjadi wartawan mengaku mempunyai rasa yang sama sensitifnya dengan Buya.
“Saya belajar banyak dari beliau, peran Buya sangat penting bagi perjalanan hidup saya. Buya memberi nasehat dan semangat kepada saya ketika sama-sama menghadapi masa sulit waktu itu. Saya menyambut baik lahirnya buku ini,” papar Bambang. (ita/ila/mg1)