JOGJA- Pengelola perpustakaan sekolah memegang peran strategis. Ini seiring dengan ketentuan setiap sekolah harus memiliki perpustakan. Tujuannya, mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah.

“Pengelola perpustakaan sekolah bukan lagi pelengkap penderita. Keberadaannya benar-benar diperlukan,” kata Pustakawan Ahli Utama Perpustakaan Nasional Supriyanto saat membuka Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengelola Perpustakaan Sekolah tingkat SLTA se-Provinsi DIY di Hotel Horisson Gowongan, Jogja Selasa (27/2).

Bimbingan teknis diikuti 120 peserta. Mereka berasal dari SMA, SMK dan MA se-DIY. Bimtek itu digelar di 34 provinsi se-Indonesia. “DIY menjadi urutan pertama,” ungkapnya.

Supriyanto kemudian mengutip beberapa regulasi terkait perpustakaan sekolah. Mulai UU No. 2 Tahun 1989 dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Permendikbud No 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan dan Madrasah serta Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti (PBP).

Dengan adanya PBP ini, pemerintah meluncurkan gerakan literasi sekolah agar siswa punya budaya membaca dan menulis. “Gerakan literasi ditandai siswa membaca buku nonpelajaran selama 15 menit sebelum waktu belajar dimulai,” terang Supriyanto.

Lewat gerakan literasi itu siswa akan memaknai apa yang dibaca. Siswa diharapkan mengerti betul setiap kata yang hendak dibaca. Dia pun mengingatkan adanya akronim B4. “Zaman Now itu adanya buka buka baca dan bisa,” ujarnya semangat.

Supriyanto juga menyinggung soal UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. “Muaranya dari budaya membaca adalah menciptakan manusia Indonesia yang cerdas sesuai amanat pembukaan UUD 1945 mencerdaskan kehidupan bangsa,” ulasnya.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, semua SMA dan SMK se-DIY telah memiliki perpustakaan.

Bahkan perpustakaan sekolah itu telah terakreditasi. “Rata-rata akreditasinya A dan B. Hanya tiga sekolah yang akreditasi C dan SMK pada tujuh program keahlian,” ucap Aji.

Dia mengaku mendukung penuh peningkatan kapasitas pengelola perpustakaan sekolah lewat bimtek itu. Bagi dia, perpustakaan sekolah lebih penting dibandingkan membangun ruang kepala sekolah atau guru. (kus/din/mg1)