BANTUL – Bantul, musim hujan, dan petani. Itulah tiga kata kunci penting untuk mengantisipasi penularan penyakit leptospirosis. Tiga kata kunci ini tidak hanya berlaku bagi para dokter. Melainkan juga warga.

Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul Abednego Dani Nugroho mengungkapkan, leptospirosis merupakan penyakit mematikan yang banyak ditemukan di wilayah tropis. Termasuk berbagai daerah di Indonesia. “Seperti Kabupaten Bantul juga,” jelas Abed, sapaannya di kantornya, Senin (26/2).

Diakui, Kabupaten Bantul merupakan endemis leptospirosis. Takdir sebagai daerah tropis memicu fenomena alam seperti tingginya curah hujan plus bencana alam kerap terjadi di Bantul. Padahal, air adalah media utama penularan penyakit yang disebabkan bakteri Leptospira ini.

Abed memaparkan, leptospirosis kategori penyakit zoonosis. Penularannya melalui hewan pengerat seperti tikus. Kendati begitu, hanya kencing tikus terinfeksi bakteri Leptospira yang membahayakan. Bakteri ini menular melalui medium air. “Dan masuk melalui bagian tubuh (manusia) yang mengalami luka terbuka,” ucapnya.

Terkait kata kunci petani, Abed membeberkan, warga yang sehari-hari menggarap sawah paling rentan tertular leptospirosis. Sebab, area persawahan sering terendam air. Belum lagi tikus kerap menjadikan sawah sebagai sarang. Kendati begitu, aktivitas kerja bakti di selokan juga rentan. Karena itu, Abed menyarankan, warga yang merasakan berbagai gejala penyakit ini segera memeriksakan diri ke dokter.

Begitu pula dengan tenaga medis. Dokter, misalnya, harus segera mengambil tindakan kepada pasien yang mengalami gejala seperti itu. Caranya dengan cukup memberikan antibiotik walau akhirnya pasien tersebut ternyata tidak menderita lepstospirosis. “Karena dampaknya bisa sampai menyebabkan kematian,” ungkapnya.

Lalu, seperti apa gejala penyakit leptospirosis? Abed membeberkan, di antara gejalanya adalah badan demam, mata kuning, kuku kuning, serta nyeri di betis. Kendati begitu, ada pula jenis Leptospirosis yang hanya disertai gejala seperti demam biasa dan nyeri di betis. Namun, efeknya bisa menjangkiti beberapa organ vital dalam hitungan hari.

“Bisa seperti gagal ginjal. Tapi ini bisa ditangani dengan cuci darah,” bebernya.

Dalam kesempatan itu, Abed juga mengungkapkan, penyakit ini bisa dicegah. Salah satu caranya dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Juga, menggunakan sepatu boat ketika ke sawah atau bersinggungan dengan air selokan. (zam/ila/mg1)