JOGJA – Tidak ada kata terlambat bagi para anggota Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (WITT) untuk mencegah asap rokok di lingkungannya. Jogja sebagai salah satu kota pelajar di mana banyak kaum muda, dinilai butuh perhatian khusus, sehingga dibentuklah cabang WITT di kota ini setelah Jakarta.
“Sepuluh tahun yang lalu sebenarnya kami sudah mulai di sini, tapi hanya sebatas diskusi bersama Sultan dan Ratu Hemas,” jelas salah satu Dewan Pembina WITT Pusat Dewi Motik Pramono di sela pelantikan pengurus dan anggota WITT cabang Jogja Rabu (14/3).
Ketua WITT Jogja dr Ernawati Hardani menjelaskan, persentase perokok khususnya usia anak di Jogjakarta terus meningkat. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, perokok anak di bawah usia 19 tahun mencapai 21.2 persen dari jumlah perokok di Jogjakarta.
Terbentuk sejak 1995, WITT berupaya memberi edukasi di masyarakat akan bahaya rokok bagi perokok aktif maupun pasif, dengan kampanye gaya hidup sehat. Misi utamanya adalah mengedukasi lingkaran utamanya dulu yakni keluarga. Mereka juga turut serta dalam pembentukan Pokja Penanggulangan Tembakau Departemen Kesehatan RI, bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN), Kementerian Kesehatan, dan yayasan lain.
Menurut Ernawati, di era globalisasai ini anak-anak sudah bisa mengakses media dengan mudah, sehingga jangan sampai salah melangkah menjadikan merokok sebagai gaya hidup. Di sisi lain mereka prihatin denganperokok anak-anak yang justru berasal dari daerah miskin.
Banyak dari anggota WITT Jogja yang suaminya perokok, dan ingin menghentikan kebiasaan suaminya itu dengan bergabung di organisasi ini. Ernawati mengaku, mereka khawatir suaminya akan sakit dan takut kalau kemudian anaknya ikut merokok. Peran ibu-ibu bisa masuk ke ranah yang informal. “Misalnya ke arisan, kan ada arisan yang ibu-ibunya juga merokok,” tambahnya. (cr3/ila/mg1)