RADARJOGJA.CO.ID – Paguyuban Dalang Muda Yogyakarta Sukrakasih terus menunjukkan eksistensinya di tengah masyarakat. Sejak didirikan di Tembi Rumah Budaya pada 11 Maret 2011 lalu, paguyuban ini telah banyak menyelenggarakan kegiatan. Namun, keberadaan organisasi ini ternyata ada pro kontra di tengah masyarakat.
“Banyak dukungan yang mengalir namun tidak sedikit yang mencibir. Kami nilai pro kontra itu wajar dalam dinamika sebuah organisasi di tengah masyarakat,” kata Ketua Paguyuban Dalang Muda Yogyakarta Sukrakasih, Ki Sumanto kepada Radar Jogja Online, Sabtu (17/3/2018).
Namun demikian, paguyuban ini terus berusaha menyakinkan bahwa keberadaan kelompok ini bermanfaat bagi pelestarian budaya. Sebab, mereka ingin selalu menjaga warisan budaya leluhur dan menjaga kekompakan antar dalang.
“Semangat kami bersama untuk memacu daya kreatifitas. Slogan kami yaitu menjalin ikatan emosional dan berbagi, hilangkan fanatisme dan egoisme, mendorong Paguyuban Sukrakasih selalu terbuka,” terang Sumanto.
Selain itu, paguyuban ini rajin menyelenggarakan diskusi sebagai bentuk apresiai seni, melakukan penelitian serta menggelar pertujukkan wayang. “Muara dari semuanya itu adalah terwujudnya sebuah perubahan cara berfikir, sehingga menghasilkan karya pakeliran yang indah untuk dinikmati,” jelas Sumanto.
Untuk menunjukkan eksistensi tersebut, Paguyuban Dalang Sukrakasih akan menyelenggarakan pergelaran wayang klasik maupun kontemporer sebagai pengingat Bhineka Tunggal Ika. Pagelarang karya kontemporer Kolaborasi Kocak dan Congwayndut (Keroncong Wayang Gendut) Surakarta dengan dalang Gendut Dalang Berijazah. Ada pula pementasan Wayang Hip hop Yogyakarta dengan dalang Ki Catur “Benyek” Kuncara. Acara tersebut akan digelar di Tembi Rumah Budaya Bantul pada Jumat (23/3/2018) pukul 20.00 hingga selesai. (dem)