JOGJA – Tradisi nguras sendang di Kompleks Makam Raja-Raja Kotagede ternyata tak kalah ramainya dengan ritual nguras enceh di komplek Makam Raja-Raja Imogiri. Nyatanya, Minggu (29/4) ribuan warga tumplek blek ingin melihat dari dekat prosesi pembersihan sendang peninggalan Panembahan Senopati tersebut.

Tradisi nguras sendang diawali dengan kirab budaya. Delapan bregodo mengarak dua gunungan dari balai desa Jagalan menuju komplek makam. Jaraknya sekitar satu kilometer. Sesampainya di komplek makam, abdi dalem dari keraton Ngayogyokarto dan abdi dalem Kasunanan Surakarta lalu mengambil siwur. Abdi dalem keraton mengambil siwur untuk menguras sendang putri. Adapun abdi dalem kasunanan dipasrahi menguras sendang kakung.

Praktis ribuan warga langsung berebut mengambil air sendang usai dua abdi dalem ini menandai permulaan tradisi nguras. Ada pula yang menceburkan diri ke dalam sendang.

“Ada yang meyakini membawa keberkahan,” jelas Carik Tepas Abdi Dalem Kompleks Makam Raja-Raja Kotagede Hastono Sastro Purwanto di sela acara.

Berbeda dengan tradisi nguras enceh yang mengacu penanggalan Jawa, pelaksanaan nguras sendang tidak memiliki kalender pasti. Yang pasti hari Minggu setelah bulan Maulud selain Pon dan Wage. Dia bercerita tradisi ini dulunya hanya dilakukan abdi dalem. Tanpa serangkaian acara seperti kirab budaya.

“Sejak 2009 kami tambahi dengan kirab budaya dan rangkaian acara lain,” tambahnya.

Camat Banguntapan Fatoni berharap tradisi nguras sendang menjadi daya magnet untuk menarik wisatawan. Sekaligus melestarikan tradisi peninggalan Panembahan Senopati.

“Juga untuk mempromosikan situs-situs di komplek Makam Raja-Raja Kotagede,” ucapnya. (pra/zam/mg1)