BANTUL – Diabetes Melitus (DM) termasuk salah satu penyakit yang paling diawasi ketat pemerintah. Sebab, penyakit metabolik ini menyerang sejumlah organ vital tubuh. Seperti ginjal, mata, dan jantung. Bahkan, dapat menyebabkan stroke.
“Dari segi bahayanya termasuk penyakit yang harus segera ditangani,” tegas Plt Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul dr Abednego Dani Nugroho di ruang kerjanya Jumat (11/5).
Dari jumlah, Abed, sapaannya melihat, penderita DM cukup banyak. Merujuk hasil survei pemerintah pusat mencapai 6 hingga 8 persen dari total populasi penduduk. Persentase penderita DM di Kabupaten Bantul juga hampir sama. Bahkan berpotensi lebih banyak. Alasannya, masyarakat DIJ termasuk Bantul cenderung memilih makanan dengan cita rasa manis.
“Dengan penderita usia 15 tahun hingga 60 tahun,” ucapnya.
Apa penyebab penyakit DM karena mengonsumsi makanan bercita rasa manis? Menurutnya, tidak ada penyebab utama penyakit ini. Yang pasti, penyakit DM muncul karena gula tidak terkontrol. Itu akibat antara insulin yang berfungsi mengelola gula dan berat badan tak seimbang. Alias, insulin defisit. Setiap orang sedang makan, Abed mencontohkan, tubuh pasti melepaskan insulin. Nah, insulin ini tak mampu mengkontrol gula bila asupan terlalu banyak yang manis.
“Ketika produksi insulin melemah bisa defisit toh?,” tuturnya.
Kendati tak memiliki penyebab utama, Abed menyebut ada tiga gejala utama penderita DM. Yakni, poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (rasa haus berlebihan), dan polifagia (sering merasa lapar). Tiga gejala yang sering disebut dengan 3P ini seringnya dibarengi dengan penurunan berat badan penderita. Itu akibat gula tidak bisa diolah, sehingga membakar lemak.
“Kencing terus karena gula terbuang,” paparnya.
Pada fase kronis, penyakit DM merusak pembuluh di perifer. Biasanya, penderita mengalami luka di kaki yang sulit disembuhkan. Bahkan, penderita tak merasa sakit bila kakinya menginjak benda tajam.
“Kalau sudah lanjut penanganannya sulit,” tambahnya.
Terlepas dari itu, menurut Abed, penyakit DM fase-fase awal dapat dikendalikan. Caranya dengan mengubah gaya hidup. Seperti sering berolahraga, diet, mengurangi makanan maupun minuman manis. Itu berfungsi agar kebutuhan insulin tak terlalu banyak. Sebab, penanganan DM tak serta-merta dengan obat.
“Kalau tidak bisa dengan cara itu, ya, baru dengan obat,” tandasnya.
Ditegaskan, ada batas standar kadar gula. Terbagi dalam dua kategori. Puasa dan non puasa. Bagi yang berpuasa di bawah 150. Adapun non puasa di bawah 200.”Kalau di atas itu bisa dicurigai. Sehingga butuh cek rutin,” sarannya. (zam/mg1)