JOGJA – Salah satu upacara adat yang mungkin belum banyak orang tahu adalah Congkokan atau Tumbuk Ageng. Untuk mengenalkan tradisi ini, Sanggar Retno Aji Mataram di Gedongkiwo, Jogjakarta mengadakan upacara ini pada Rabu (13/6).

Menurut Pemandu Acara Mari Condro Negoro, Congkokan  diperuntukkan bagi orang yang sudah menginjak usia sekitar 8 windu. Filosofis dari acara ini adalah untuk mencongkok orang yang sudah menginjak usia 64 tahun agar kuat atau sebagai ungkapan rasa syukur atas kesehatan dari umur yang dicapai.

Dia menjelaskan, dalam acara ini terdapat beberapa rangkaian seperti sungkeman yang dilakukan oleh cucu-cucu dari orang tua yang melaksanakan upacara adat ini. Kemudian orang tua memberikan nasihat kepada anak dan cucunya.

”Dilanjutkan dengan prosesi melemparkan uang ke cucu. Ini bisa diartikan bahwa ketika sudah menginjak usia senja harus membagikan rezeki yang dia punya kepada anak cucunya. Kemudian ada prosesi mengitari tumpengan yang dilakukan orang tua bersama anak cucunya. Nah, orang tua menggunakan tebu wulung sebagai congkokannya,” ungkapnya.

Lalu sebagai penutup ada prosesi angon putu, dalam prosesi ini cucu diperbolehkan untuk menggunakan uang yang sudah disebar oleh orang tua untuk membeli jajanan pasar. ”Seperti itulah pelaksanaan upacara Congkokan atau Tumbuk Ageng,” ungkapnya.

Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Christriyani Ariani yang hadir dalam acara ini mengatakan, acara seperti ini adalah suatu warisan budaya yang perlu dijaga. ”Ritual adat congkokan sangat perlu dilestarikan, karena masyarakat bisa menggali sisi-sisi filosofis di dalamnya,” ujarnya. (cr5/ila)