PROGRAM Desa Prima Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) DIY memasuki tahap baru. Setelah tahapan inisiasi, kini beranjak ke pendampingan. Beberapa pakar dan pembicara dihadirkan guna memberikan materi kepada 25 anggota Desa Prima Sidoarum, Godean, Sleman.
Dihadirkan pembicara dari Small Medium Enterprises Development Center (SMEDC) Universitas Gadjah Mada (UGM) Marsyamto. Topiknya mengenai proyeksi berjenjang dalam memulai usaha.
“Saat memulai harus memiliki perencanaan matang. Memiliki visi dan capaian perkembangan setiap tahun. Bisa dengan target sebagai stimulus meraih jenjang selanjutnya,” jelasnya di aula PKK Desa Sidoarum (30/5).
Dia mengajak para anggota Desa Prima Sidoarum gumregah. Salah satunya dengan memanfaatkan kesempatan dan potensi yang ada. Mereka diingatkan agar tidak berpangku tangan. Ini sesuai semangat program Desa Prima tentang pentingnya keaktifan anggota.
Satu hal yang Marsyamto tekankan adalah untuk tidak bertahan dalam zona nyaman. Pria yang akrab disapa Marsy ini juga meminta anggota Desa Prima menghilangkan prinsip nrimo ing pandum. Falsafah hidup Jawa itu dalam dunia bisnis kurang tepat dijadikan pedoman hidup.
“Jangan berada di zona nyaman dan nrimo ing pandum. Mindset harus diubah agar bisnis yang digeluti bisa terus berkembang. Jangan hanya berhenti di satu titik. Harus ada kemauan menggapai titik lainnya,” ajak Marsy.
Upaya melangkah ke depan dengan inovasi produk. Tujuannya, menciptakan cita rasa baru dalam usahanya. Langkah ini juga manjur untuk meningkatkan minat pembeli.
Kelompok usaha Desa Prima harus memiliki target keberlanjutan. Opsinya bisa dalam jangka pendek tahunan maupun lima tahunan. Itu demi menilai pencapaian dalam skala waktu. Selanjutnya, dievaluasi oleh setiap anggota kelompok.
“Inovasi produk itu sangat penting agar konsumen juga tidak bosan. Bisa dengan produk baru atau varian rasa baru jika fokusnya di kuliner,” ujar Marsy.
Ketua Desa Prima Sidoarum Yani Purwaningsih optimistis, kelompok usaha Desa Prima Sidoarum bisa maju. Hanya saja, diakui tak mudah mengorganisasi anggotanya. Terutama menentukan unit usaha yang akan ditekuni di awal. Pendampingan yang diberikan BPPM DIY itu sangat tepat dan bermanfaat bagi kelompoknya.
Dia memahami perlu adanya manajemen yang matang. Termasuk mengatur keuangan sebagai modal usaha. Selanjutnya, menjaga kualitas jika suatu waktu kuantitas pesanan mengalami peningkatan.
“Rencananya fokus ke usaha kuliner. Jadi kami harus paham manajemen dan menjaga kualitas produk. Semua itu membuat konsumen kembali lagi,” ujarnya.
Kepala Sub Bidang Pengembangan Kelembagaan Organisasi Perempuan BPPM DIY Endah Wahyuni mengatakan, Sidoarum dipilih karena memiliki potensi beragam. Potensi ini, lanjutnya, bisa diolah menjadi nilai ekonomi. Tidak hanya jangka pendek, namun berkelanjutan dan jangka panjang.
Setelah Desa Prima terbentuk, BPPM DIY memberikan pendampingan. Waktunya selama dua tahun ke depan. Selanjutnya. menjadi tanggung jawab dinas terkait di kabupaten dan kota se-DIY. Pengembangan program bisa disesuaikan dengan program dam kegiatan di dinas tersebut.
“Anggota Desa Prima diutamakan perempuan yang menjadi kepala rumah tangga dari keluarga miskin dan sudah punya embrio usaha,” ujarnya.
Program Desa Prima juga menyasar perempuan yang mengalami konflik sosial. Mulai korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) hingga mantan warga binaan lembaga pemasyarakatan.
“Seperti warga binaan, selama di dalam mendapatkan pembekalan optimal. Sayangnya, selepas keluar kerap ada pandangan negatif. Penolakan ini berimbas pada pengembangan diri. Termasuk di sektor ekonomi,” katanya.
Desa Prima menyasar warga miskin dan rentan miskin. Caranya dengan memberikan bekal ilmu sesuai keahliannya. “ Setidaknya mau mengelola diri dalam sektor ekonomi sehingga bisa mengangkat kesejahteraan,” jelasnya. (*/dwi/kus/iwa/fn)