Bagan pertumbuhan yang disesuaikan didasarkan pada tinggi, berat, dan etnis. Sebanyak 75 persen bayi kecil biasanya hanya ukurannya yang kecil. Namun, sepuluh persen bayi kecil akan mengalami PJT. Satu-satunya cara mendiagnosis PJT adalah dengan memantau pertumbuhan bayi kecil.
Pertumbuhan umumnya ditentukan dengan mengukur perut Anda menggunakan pita pengukur, dari atas rahim ke tulang kemaluan. Ini dilakukan di masing-masing pemeriksaan antenatal dari usia kehamilan 26 – 28 minggu.
Temuannya kemudian disesuaikan pada bagan pertumbuhan Anda. Untuk beberapa wanita, mengukur perut tidak akan tepat. Misalnya, jika Anda memiliki obesitas, mioma, atau kehamilan ganda. Jika sebelumnya Anda memiliki bayi PJT, memiliki diabetes atau faktor risiko lain, maka pengukuran perut tidak akan menjadi metode yang paling tepat menilai pertumbuhan bayi Anda. Dalam semua kasus ini, pemeriksaan USG akan sangat membantu.
PJT dapat dikonfirmasi oleh USG ukuran tulang paha bayi, kepala bayi, dan lingkar perut. Pengukuran ini memberi ukuran berat bayi yang kemudian disesuaikan ke bagan. USG dengan Doppler juga membantu mengukur seberapa baik darah mengalir dari plasenta, melalui tali pusat, ke bayi, dan kembali lagi.
Bayi yang sedang tumbuh tergantung pada plasenta memasok oksigen dan nutrisi, dan kemampuannya membuang produk-produk limbah. Setiap terjadi masalah dengan aliran darah ke dan dari plasenta bisa mempengaruhi pertumbuhan bayi Anda. Meskipun terkadang kita tidak dapat menentukan penyebab PJT.
Janin yang didiagnosis PJT cenderung mengalami komplikasi tertentu selama berada dalam kandungan, saat dilahirkan, dan sesudahnya. Tingkatan risiko tiap janin berbeda-beda, tergantung penyebab terhambatnya pertumbuhan, seberapa parah masalahnya, dan berapa perkiraan usia kehamilan.
Janin yang beratnya di bawah 5 persentil, dan terutama jika di bawah 3 persentil, paling berpeluang mengalami masalah. Dan risiko komplikasi, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang lebih tinggi untuk bayi dengan IUGR yang juga lahir prematur.
Janin yang terhambat pertumbuhannya juga akan mendapat lebih sedikit asupan nutrisi maupun oksigen di dalam rahim maupun ketika dilahirkan, dan itu berarti risiko cukup tinggi untuk terlahir meninggal. Bayi-bayi dengan PJT juga lebih sulit ditangani saat persalinan, sehingga biasanya harus dilahirkan secara operasi Caesar.
Ketika lahir bayi PJT juga akan memiliki gula darah rendah, lebih mudah terpapar infeksi, kesulitan mempertahankan temperatur tubuh, memiliki jumlah sel darah merah tidak normal, dan berpotensi mengalami kuning.
Beberapa bayi bahkan mengalami masalah perkembangan di kemudian hari. Khususnya bayi yang terlahir prematur, dan PJT kerap kali dihubungkan dengan kelumpuhan otak besar (cerebral palsy). PJT bisa menimpa setiap ibu hamil. Bahkan, meski sang ibu dalam kondisi sangat sehat. (*/yog/fn)