GUNUNGKIDUL – Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Gunungkidul Bahron Rasyid optimistis penerapan zonasi membawa sejumlah dampak positif. Yang paling kentara adalah bakal berkurangnya pelajar yang mengendarai sepeda motor ke sekolah.
”Penggunaan sepeda motor bisa ditekan,” jelas Bahron saat dihubungi Minggu (24/6).
Dalam kebijakan zonasi, penerimaan peserta didik baru (PPDB) tak lagi memprioritaskan nilai calon siswa (casis). Melainkan jarak antara rumah casis dan sekolah. Bahron menyebut kuota bagi casis di area zonasi mencapai 90 persen. Sedangkan sisanya untuk jalur prestasi dan jalur khusus masing-masing lima persen.
Terkait jalur prestasi, Bahron menekankan, tak melulu soal nilai tinggi. Lebih dari itu, bisa berupa prestasi dalam bidang olahraga dan seni. Lalu, bagaimana dengan jalur khusus? Menurutnya, ada ketentuan khusus. Di antaranya, anak pejabat negara yang mengikuti kedinasan orang tuanya.
”Anak terdampak bencana. Juga casis tenaga pengajar yang tinggal di luar zonasi,” lanjutnya.
Dengan sistem zonasi ini, Bahron meyakini kualitas siswa akan lebih merata, sehingga ke depan semua sekolah merupakan favorit dan berprestasi.
”Tak ada lagi kategori sekolah favorit dan pinggiran,” tambahnya.
Bahron juga meyakini bahwa penerapan zonasi tak akan memicu persoalan. Sebab, data seluruh peserta didik, terutama siswa kelas VI sekolah dasar telah masuk database data pokok pendidikan (dapodik).
”Dan terkoneksi dengan sekolah terdekat,” ujarnya.
Sementara itu, Anggota Fraksi PKS DPRD Gunungkidul Ari Siswanto meminta agar aturan zonasi dikaji lebih lanjut. Itu bertujuan agar kebijakan ini tak membatasi hak siswa untuk menempuh pendidikan sekolah yang diinginkan. (gun/zam/mg1)