MINIBUS warna hitam dengan pintu bagasi terbuka ke atas selalu tampak di setiap kegiatan car free day yang digelar di sepanjang Jalan Mayjen Sutoyo. Beberapa manekin menemani seorang
ibu berkaca mata.
Di belakang tempat duduknya tampak tumpukan kantong-kantong plastik bening terikat tali rafia. Beberapa lembar kaus teronggok tanpa plastik di dekat mereka siap disambar orang yang
mendekat dan mencari corak sesuai pilihan.
Itulah “kios kaki lima” milik pasangan Rosa,44, dan Icha’eti,43. Meski dijajakan menggunakan minibus, semua produknya berlabel khas Purworejo, yakni Menda. Yang artinya kambing. Ya, kaus dengan ikon kepala kambing peranakan ettawa atau kini lebih dikenal dengan kambing
kaligesing ini menjadi salah satu kaus identik Purworejo.
Keduanya berbisnis tak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga seperti guru-guru tempo dulu. Lebih dari itu sebagai bentuk kecintaan mereka terhadap Purworejo.
Keduanya berdinas di wilayah utara Purworejo. Tapi, kediaman mereka berada di tengah kota Kabupaten Purworejo. Baik Rosa maupun Icha’eti sama-sama tak memiliki latar belakang desain grafis. Mereka juga tak hobi berlama-lama bermain komputer. Modal mereka hanyalah keinginan kuat mengangkat nama Purworejo. Itulah yang menjadikan mereka rela berpikir dan
mengajak orang lain berbagi ide untuk memproduksi kaus.
Berjibunnya produk kaus dengan corak lokal belakangan ini tidak menggoyahkan
semangat mereka untuk bertahan.
Kaus Menda pertema diproduksi pada 2013. Sampai saat ini tak kurang 30 corak tercipta. Selera pembeli menjadi penentu langgeng tidaknya sebuah corak. Praktis Rosa dan Eti, sapaan Icha’eti, harus kerap melakukan perubahan corak untuk disesuiakan selera pasar.
“Dari 30 corak itu, beberapa sudah tidak diproduksi lagi karena tidak diminati masyarakat. Tapi ada juga corak dari awal yang tetap dicari sampai saat ini,” ujar Eti.
Meski berlabel pegawai negeri sipil, keduanya tak malu jualan di pinggir jalan. Mereka juga tak menyewa lahan untuk toko atau kios. Pasar online menjadi salah satu pilihan mereka untuk tetap bisa berkomunikasi dengan konsumen.
Tak pelak, keduanya pun sibuk berselancar di dunia maya lewat media sosial. Seperti Facebook, Twitter, maupun Instagram.
Setiap ada corak atau produk baru mereka tak lupa mengunggahnya di media sosial.
“Insya Allah kami akan setia dengan jalan ini. Karena ini lebih efektif
dan mengena,” ungkap Eti. Dia optimistis produknya memiliki konsumen setia. Salah satunya, Bupati ke-19 Purworejo (alm) Kelik Sumrahadi. Menurutnya, Kelik adalah salah seorang yang sangat menyukai produknya. Eti tak lupa ketika dalam sebuah kesempatan dikunjungi Kelik di Alun-Alun Purworejo. Kelik berharap ada warga yang mengangkat nama Purworejo.
Maka lahirlah kaus Menda sebagai representasi Purworejo yang terus dilestarikan oleh Rosa dan Eti.
“Pak Kelik almarhum mulai saat itu menjadi pelanggan kami setiap ada
rilis produk baru,” tambah ibu berperawakan kurus dan tinggi ini. (yog/mg1)