RABIES atau penyakit anjing gila timbul akibat virus rabies yang menyerang susunan saraf pusat dan ditularkan melalui gigitan anjing, kucing, kera, kelelawar, musang, dan serigala. Di Indonesia penular terbanyak rabies adalah anjing (98 persen) dan kucing (2 persen), serta kera.

Virus rabies terdapat pada air liur hewan dan ditularkan lewat gigitan atau jilatan hewan penular pada kulit yang lecet atau lapisan lendir. Penularan lewat udara dan transplan organ dapat terjadi. Namun sangat jarang. Virus rabies berkembang selama 5 hari sampai beberapa tahun. Biasanya sekitar 20 – 90 hari. Hal tersebut dipengaruhi lokasi gigitan dari sistem saraf pusat, kedalaman luka, banyaknya luka, dan jumlah virus yang masuk ke dalam tubuh.

Gejala yang timbul pada manusia di awal paparan tidak begitu tampak. Gejala awal berupa demam dan rasa gatal pada lokasi gigitan. Juga nyeri dan kesemutan yang berlangsung beberapa hari kurang dari seminggu. Gejala selanjutnya dapat timbul kejang, bingung, kelumpuhan, koma, bahkan kematian.

Anjing yang terkena rabies dapat timbul gejala beringas, tidak kooperatif, air liur banyak, kejang, dan kematian akibat otot pernafasan yang lumpuh.
Kota Yogyakarta memiliki 2 tempat Rabies Center, yaitu Puskesmas Jetis dan Rumah Sakit Pratama. Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) pada manusia bisa diberikan tergantung status kesehatan hewan penggigit. Termasuk status vaksinasinya, kondisi luka, dan gejala yang muncul pada manusia.

Segera bersihkan luka dan datang ke fasilitas kesehatan untuk penanganan lebih lanjut.

Sampai 2015 hanya ada sembilan provinsi yang bebas rabies. Yaitu Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Papua, dan Papua Barat. (*/yog/fn)