BANTUL – Ini catatan bagi warga di sekitar Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan. Sebab, ancaman bakteri ternyata tidak hanya datang dari ribuan lalat. Lebih dari itu, juga dari air. Ini merujuk hasil pengujian air tanah di sekitar TPST.

Petugas Laboratorium Balai Pengelolaan Infrastruktur Sanitasi dan Air Minum Perkotaan (PISAMP) DIJ Endah Eniati mengungkapkan bahwa kandungan bakteri e-coli dalam air tanah di sekitar TPST sangat tinggi. Mencapai 280. Padahal, kadar kandungan bakteri yang dapat menyebabkan diare ini maksimal 50. Tingginya kandungan bakteri ini ditengarai akibat proses pembusukan sampah.

”Proses pembusukan lebih mirip dengan septic tank,” jelas Endah di kantornya, Selasa (14/8).
Karena itu, Endah menyarankan agar warga menggunakan kaporit. Disinfektan ini berfungsi untuk menyisihkan kandungan bakteri e-coli. Agar air aman bila digunakan untuk kebutuhan konsumsi.
”Kalau tidak (dilarutkan kaporit, Red) harus direbus sampai mendidih,” ucapnya.

Staf Administrasi Pengelola TPST Piyungan Marwan tak menampik bahwa kandungan bakteri e-coli sangat tinggi. Namun, Marwan beralasan tingginya kandungan ini bukan faktor TPST semata. Melainkan juga karena kondisi lingkungan. Tidak sedikit hewan ternak yang berkeliaran di area TPST. Jamak pula di dekat sumur milik warga sekitar TPST terdapat kandang ternak.
”Fesesnya juga tidak sedikit. Jadi kotorannya masuk ke tanah dan berpengaruh,” dalihnya.

Pengelola TPST, kata Marwan, rutin melakukan pemeriksaan kualitas air tanah. Minimal per triwulan. Ada enam titik sumur pantau bersih yang dirutin dicek. Rerata sumur pantau ini berkedalaman hingga 120 meter.

”Kami biasanya menggandeng Higiene Perusahaan Ergonomi dan Kesehatan dan Balai Pengujian, Informasi, Permukiman, dan Bangunan dan Pengembangan Jasa Konstruksi,” katanya.

Menurutnya, limbah cair dari pengolahan sampah tidak bisa dibuang begitu saja. Harus melalui serangkaian proses. Agar ketika dikembalikan ke resapan tidak membahayakan masyarakat.
“Air tidak bisa dinilai dari warnanya,” ujarnya.

Pada bagian lain, Kepala Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Jogjakarta Irene mengakui belum pernah melakukan pemeriksaan kualitas air tanah di sekitar TPST. Itu lantaran pihak TPST belum pernah mengajukan permohonan.
“Ada banyak instansi tempat memeriksakan air,” tuturnya. (ega/zam/mg1)