Langkah kakinya mantap. Sambil membawa nampan, senyum gadis ayu ini pun selalu mengembang. Itulah Fitri Tsalisa, pembawa bendera merah putih pada upacara HUT ke-73 Kemerdekaan RI di Gedung Agung Jogjakarta, Jumat (17/8).
LATIFA NURINA A., Jogja
RATUSAN mata tertuju pada sosok Fitri Tsalisa ketika siswi kelas XI IPAS SMAN 8 Jogja ini melangkah menuju podium Istana Kepresidenan Jogjakarta. Saat itu Gubernur DIJ Hamengku Buwono (HB) X telah berdiri di podium. Bersiap menyerahkan bendera merah putih untuk diterima Fitri. Bendera diletakkan di atas nampan, Fitri kemudian melangkah mundur menuruni tangga podium. Lalu kembali dalam barisannya untuk melanjutkan pengibaran bendera.
“Lega…Alhamdulillah semuanya lancar,” ungkap Fitri kepada Radar Jogja usai upacara. Bisa menjadi pasukan pengibar bendera di Gedung Agung adalah sebuah pengalaman berharga bagi Fitri. Apalagi dia didaulat menjadi pembawa bendera merah putih. “Sejak awal persiapan sampai upacara selesai kami terus berdoa supaya diberi kelancaran,” sambungnya dengan senyum terkembang di bibir.
Bangun jam dua pagi, Fitri dan beberapa anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) DIJ menyempatkan salat Tahajud. Memohon kesuksesan pengibaran bendera kepada Tuhan YME. Kendati demikian, Fitri mengaku tetap sempat deg-degan. Rasa khawatir menggelayutinya. Dia takut jika bendera yang dibawanya jatuh, atau terpelintir saat dibentangkan.
Keinginannya menjadi paskibra sudah muncul sejak kecil. Terinspirasi dari sang ibu yang merupakan alumnnus Paskibra DIJ. Tak pelak, impian Fitri menjadi paskibra didukung penuh orang tuanya.
Fitri menjadi salah seorang dari lima pasang calon paskibra yang lolos seleksi di tingkat Kota Jogja. Setelah menjalani proses seleksi yang super ketat, Fitri pun lolos menjadi Paskibra Provinsi DIJ.
Proses seleksi memakan waktu empat bulan. “Latihannya sejak Mei lalu. Tapi karantinanya mulai awal Agustus,” kata Fitri yang bercita-cita menjadi dosen psikologi.
Membawa nampan sepintas tampak mudah. Namun, hal itu tak semudah yang dibayangkan khalayak jika yang dibawa di atas nampan adalah bendera merah putih. Apalagi untuk dikibarkan pada upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI. Di Gedung Agung pula upacaranya.
Tak main-main, Fitri menjalani latihan membawa nampan sejak Kamis (2/8) lalu. Pelatihnya pun ada dua orang. Meskipun dalam sesi latihan selalu berada di posisi pemegang nampan, Fitri mengaku tetap terkejut. Saat dia tahu benar-benar mendapat tugas di posisi pembawa bendera merah putih. “Kaget, tapi ya bangga juga,” ujar dara kelahiran 26 Desember 2001.
Menurut Fitri, membawa nampan melambangkan nampani (bahasa Jawa) bendera dari gubernur DIJ selaku inspektur upacara. Gerakannya tak sekadar umumnya ilmu baris-berbaris. Tapi dengan gerakan mendak yang diadaptasi dari tari srimpi. Gerakan itu menunjukkan keanggunan seorang wanita saat menaiki podium. “Sebagai paskibra kami memang dilatih untuk tegas. Tapi sebagi wanita harus tetap anggun,” jelasnya. (yog/mg1)