JOGJA – Isu sosial dan geopolitik Timur diangkat dalam pameran seni bertajuk The Arrangements of the Soul in the Universe di Langgeng Art Foundation (LAF), Suryowijayan, Jogja.

Seniman Belanda-Kuwait, Mo Reda, membagikan cerita dalam currator talk tentang karya-karya yang diangkat dalam pameran.

The Arrangements of the Soul in the Universe merupakan pameran yang mempertemukan karya 14 seniman yang mencerminkan isu sosial dan geopolitik Timur Tengah kontemporer. Juga penempatan isu-isu tersebut dalam konteks global yang lebih luas.

Seperti pada salah satu foto yang terpajang di pameran itu, menggambarkan kota Jerussalem yang dibentang dengan tembok panjang sebagai pembatas. Namun sampai saat ini masih terjadi saling klaim wilayah Palestina atau Israel.

“Banyak isu-isu dari negara di Timur Tengah yang disajikan pada pameran ini, seperti yang terlihat pada karya yang dipamerkan,” ucap Mo Reda.

Dalam pameran ini, Mo Reda mencoba untuk mendefinisikan narasi baru dan gagasan seni yang memiliki asal-usulnya di Timur Tengah sambil merefleksikan isu-isu kontemporer.

Dalam pengertian ini, The Arrangements of the Soul in the Universe, pada akhirnya bertujuan menyajikan sebuah wacana seni kontemporer dari Timur Tengah yang berpijak pada akar tapi bebas dari prasangka politik.

Mo Reda menambahkan, karya-karya yang dipamerkan mencerminkan berbagai urgensi dan kekhawatiran beragam konstruksi dan bagaimana masing-masing seniman menempatkan diri. “Pameran ini menyerukan eksplorasi niat yang disengaja dan penempatan diri di dunia pada umumnya,” ungkapnya.

Baru-baru ini, isu keragaman, terorisme, dan intoleransi sebagai bagian dari politik telah menjadi isu di Indonesia. Suatu kondisi yang membuat akal sehat bekerja keras untuk melihat bagaimana masalah bergulir secara dramatis atas beberapa agen yang memiliki tujuan politik.

Sebagai suatu pelajaran terhadap isu yang bisa dikatakan sama, maka dirasa cocok untuk diadakan pameran di Indonesia, guna dijadikan sebuah pembelajaran dari hal-hal yang terjadi di sana.

“Subjek tampaknya menjadi situasi yang sangat mirip terjadi jika kami berbicara tentang sosial politik Timur Tengah, bahkan lebih lama dan lebih dalam disebabkan dari efek politik,” imbuh Program Director Citra Pratiwi. (mg3/ila)