MELALUI satu kisah tentang seorang ayah-duda yang mencari anak (cewek belasan tahun) semata wayangnya yang mendadak hilang ditelan bumi tanpa pesan, film ini menawarkan alternatif gaya bercerita genre drama misteri lewat media dominan grafis yang terasa anyar dan superefektif.
Saya bilang grafis, karena roda utama narasi film ini adalah panel-panel jendela aplikasi-aplikasi di sistem operasi MacOS dan Windows XP. Lewat panel-panel itu fungsi narator dan sejenisnya tergantikan.
Kenapa saya bilang superefektif? Karena meski dengan gaya yang sedikit tak lazim kadar misteri film ini tetap magnetis dan pesan moralnya menembus hati.
Babak pertama film ini, yang seketika mengingatkan kembali pada montase UP, merupakan tanda-tanda awal bahwa film ini baik. Kebaikan itu terpancar karena kebahagiaan dan kesedihan dalam satu masa kehidupan dapat terangkum mengena sebagai konteks cerita di situ. Akibatnya, karakterisasi terbangun mapan. Selanjutnya menghipnotis penonton untuk peduli pada karakter utamanya hingga akhir cerita.
Internet yang telah menjadi bagian dari kehidupan masa kini benar-benar diperlakukan secara pantas dalam plot film ini. Usaha sang ayah berselancar tak kenal lelah demi menelusuri jejak anaknya yang tertutup melalui akun-akun dunia maya si anak tergambarkan begitu nyata, baik secara praktis maupun emosional.
Kepanikan dan gerak hati sang ayah terwujud secara intuitif lewat buka-tutup-pembesaran-pengecilan-penggeseran jendela-jendela aplikasi dan garis vertikal berkedip-kedip yang menunggu huruf, angka, atau simbol uuntuk diketik. Sungguh adegan-adegan semacam ini terasa dekat dan relevan dengan keseharian kita, generasi milenial.
Menurut saya skrip yang penuh observasi dan diutarakan secara hati-hati adalah pondasi kokoh bagi film ini. Pelintiran-pelintiran plot yang tersaji berjajar rapi dan masing-masing tertib mengantre. Di sela-sela itu penonton disediakan ruang emosi untuk tetap menaruh simpati pada sang ayah dan si buah hati.
Hasilnya, penonton seperti memperoleh hasil investasi berganda: pikiran (melalui teka-teki) dan hati (melalui drama komunikasi antara sang ayah dan si anak). Bagi saya, film ini sukses gemilang memilenialkan drama kehidupan milenial. (ila)
*Penulis adalah penggemar film dalam negeri dan penikmat The Chemical Brothers yang bermukim di Jogja Utara.