GUNUNGKIDUL – Banyaknya jumlah tenaga honorer di lingkungan membuat Komite Honorer Gunungkidul ketar-ketir. Mereka khawatir Pemkab Gunungkidul memperbolehkan organisasi perangkat daerah maupun satuan unit pendidikan dan kesehatan memperbolehkan perekrutan guru tidak tetap dan pegawai tidak tetap (GTT/PTT). Sebab, pekerjaan rumah pemkab meningkatkan kesejahteraan GTT/PTT ”angkatan lama” masih belum selesai.
Mengacu data Komite Honorer Gunungkidul, jumlah GTT/PTT mencapai 2.000 orang. Mereka tersebar di berbagai di satuan unit pendidikan dan kesehatan.
”Pemkab sebaiknya jangan menerima tenaga honorer baru,” saran Ketua Forum Komite Honorer Gunungkidul Aris Widayanto saat dihubungi kemarin (14/9).
Kendati begitu, Aris menggarisbawahi bahwa permintaan komite tidak mutlak. Forum tak keberatan bila sekolah terpaksa mengangkat GTT. Toh, tidak sedikit sekolah di Bumi Handayani yang kekurangan tenaga pengajar. Namun, komite mensyaratkan pemkab harus meningkatkan kesejahteraan GTT/PTT ”angkatan lama” dulu. Di mana saat ini hanya mendapatkan honor sekitar Rp 200 ribu per bulan.
”Jika kesejahteraan belum meningkat sementara ada perekrutan lagi praktis persoalan menjadi semakin rumit,” ungkapnya.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Gunungkidul Bahron Rasyid mengaku sudah mengingatkan sekolah agar berhati-hati saat merekrut tenaga honorer baru. Alasannya, menunggu formasi CPNS yang diajukan ke pemerintah pusat. Toh, formasi CPNS 2018 diprioritaskan untuk tenaga pengajar.
”Sementara jumlah tenaga honorer masih sangat banyak,” ujarnya.
Disinggung mengenai kesejahteraan pegawai honorer, Bahron mengatakan, sudah memilah dan memilih GTT sesuai dengan formasi. Di antara mereka ada yang diangkat melalui surat keputusan (SK) kepala dinas. Ada pula yang diangkat melalui SK bupati. Nah, GTT yang diangkat dengan SK kepala dinas honornya dari bantuan operasional sekolah. Sedangkan pendapatan GTT dengan SK bupati dari APBD. ”Berlaku mulai tahun depan,” tegasnya.
Pada bagian lain, rendahnya kesejahteraan tenaga honorer mengundang simpati anak SD Mentel 1, Pakel, Hargosari, Tanjungsari. Atas inisiasi komite sekolah, para siswa mengalang dana untuk “menggaji GTT/PTT. Siswa sukarela menyisihkan uang jajan untuk dimasukkan dalam kotak infak.
”Kami ingin menanamkan rasa empati kepada anak didik,” kata Kepala SD Mentel 1 Kamijan.
Carisa Monianti, seorang siswi mengaku senang bisa berbagi. Uang yang diinfakkan berasal dari pemberian orang tua. Tujuannya untuk membantu sesama. Tepatnya GTT/PTT. Di mana mereka hanya mendapatkan honor Rp 200 ribu per bulan. ”Semoga pak guru sehat selalu,” katanya. (gun/zam)