SLEMAN – Sebagai guru honorer sejak 2007, Sulistiani dan rekan-rekan seprofesinya merasakan nasib guru honorer masih jauh dari kata sejahtera. Guru honorer, menurutnya, hanya mendapat Rp 250 ribu per bulan tunjangan fungsional. Sempat ada insentif Rp 100 ribu namun hanya satu semester pada 2008. Bahkan, hampir dua tahun ini baik tunjangan maupun insentif tidak diterimanya.

“Gaji tidak ada. Pendapatan ya dari nyambi wiraswasta, berjualan makanan dititipkan di warung-warung. Bagaimana bensinnya kalau tidak ada pemasukan. Kalau ambil SPP dari wali murid keberatan. Kebanyakan masyarakat desa, petani. Total ada 99 honorer RA yang nasibnya sama dengan saya,” kata guru RA Masyitoh Kebonjero Nglipar itu saat Morning Tea with The Candidate di Radar Jogja pekan lalu.

Berangkat dari kondisi tersebut, dia berusaha kalau bisa jadi wakil daerah akan menyampaikan aspirasi teman seperjuangannya. “Agar kesejahteraan guru honorer diperhatikan,” kata caleg DPRD Gunungkidul dari PSI daerah pemilihan Ngawen, Gedangsari, Nglipar, dan Patuk tersebut.

Namun Sulis mengakui, sebagai debutan di pemilihan legislatif (Pileg) 2019 mendatang bukanlah hal yang mudah. Apalagi dia satu-satunya kader PSI di daerah pemilihan tersebut. Selain itu, banyak juga kandidat petahana dan calon lain yang mempunyai cukup logistik. Tapi dia mengaku tidak menyerah begitu saja.

“Sekarang mulai perkenalan ke daerah dengan kepala dusun atau pemuda karangtaruna. Babat alas. Di pertemuan trah, mencoba menyampaikan niat. Juga mulai berhitung dengan empat kecamatan untuk mendapatkan suara pemilih. Saya mencari daerah yang belum dimasuki caleg atau partai lain,” ungkapnya.

Selain itu, sejak 2017 akhir, selain perkenalan dia juga membawa bibit sengon. Seperti di Desa Kedungkeris, meskipun sempat terkendala pengairan, dengan menyalurkan air sungai melalui diesel sekarang bibit sengon yang dibawanya sudah mulai tumbuh.

“Masyarakat merespons dan terus melaporkan perkembangan ke saya hasilnya. Itu saja saya sudah senang,” ungkap alumnus STITY Gunungkidul tersebut.

Warga Kwarasan, Kedungkeris, Nglipar, Gunungkidul itu mengaku hanya bermodalkan niat yang tulus dan ikhlas. Pada Pemilu mendatang, siapapun yang jadi nanti dia berharap nasib honorer kesejahteraannya dapat diperhatikan.
“Kalau saya diberi amanah Insyaallah akan tanggung jawab dan tidak korupsi,” tegasnya. (riz/ila)