SLEMAN – Sosok Erlin Susanti, 32, di kenal dengan pribadi yang lembut. Kesederhanaan yang di milikinya tampak saat dia menghadiri acara Morning Tea with The Candidate pekan lalu. Dengan suasana haru dia menceritakan kondisi di lingkungan tempat tinggalnya yakni Pijengan, Giri Sekar, Panggang, Gunungkidul.
Erlin mengaku kondisi wilayahnya sangat memprihatinkan. Gunungkidul sebagian besar wilayahnya mengalami kekeringan. Tak hanya kekeringan lahan pertanian, namun juga kekurangan air bersih. Untuk mendapatkan air bersih mereka melakukan droping air ke kawasan tersebut. “Sebagian besar masyarakatnya membeli air bersih,” tuturnya.
Cerita dia, masyarakatnya sebagian besar berprofesi sebagai petani dan sebagian bergerak pada sektor pariwisata. Dia pun merasa prihatin dengan nasib petani di daerahnya.
”Sebab, saat musim kemarau panjang, tak bisa diandalkan. Petani mencari inisiatif lain dengan mengolah hasil pertanian. Seperti singkong yang dibuat gaplek dan tiwul,” ungkapnya.
Tak hanya pada petani, Erlin pun merasa prihatin dengan teman-teman seprofesinya sebagai guru Paud, terutama yang honorer. Erlin merasa kesejahteraan seorang guru honorer sangat memprihatinkan. Ibarat pekerjaan tersebut hanya sebuah pengabdian.
“Gaji Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu per bulan itu sangat minim. Jauh dari layak. Saya ingin memperjuangkan itu,” tegasnya.
Tak mudah bagi Erlin mengajukan diri sebagai bakal calon legislatif (bacaleg), sebab ini pengalaman pertama terjun di dunia politik. Dengan demikian, dia pun mengaku akan berjuang lebih keras. Memperjuangkan hak orang banyak, itu yang menjadi spiritnya.
“Namun spirit terbesar adalah doa ibu,” tuturnya sampil mengekspresikan raut haru lantaranan dia ingin membahagiakan orang tua.
Adanya dukungan semangat orang-orang di sekitarnya dan tekadnya memperjuangkan kesejahteraan guru honorer merupakan motivasi Erlin.
“Terpilih atau tidak masyarakat yang menentukan. Saya tetap bersemangat dan berusaha untuk bertanggung jawab, jujur dan tidak menyalahgunakan wewenang,” ungkap perempuan kelahiran 1986.
Seandainya tidak terpilih, dia berharap siapa saja nantinya yang terpilih sebagai wakil rakyat agar dapat mendengarkan suara guru-guru honorer. (cr6/ila)