Karena Matahari Tepat di Atas Jawa
JOGJA – Masyarakat Jogjakarta harus lebih lama terbiasa merasakan sumuk, terutama di siang hari. Itu sesuai dengan perkiraan Stasiun Klimatologi BMKG Jogjakarta yang mempredikisi suhu udara panas masih terjadi hingga beberapa bulan kedepan.
Penyebabnya adalah posisi semu matahari berada di kisaran selatan khatulistiwa. Bahkan saat ini lintasan matahari tepat berada di atas Pulau Jawa. Pengaruhnya pada curahan sinar matahari yang melimpah. Akibatnya suhu udara berkisar antara 33 hingga 35 derajat celcius. Pada malam harinya, suhu udara cenderung hangat dengan kisaran 22 hingga 24 derajat celcius.
“Saat ini matahari tepat melintas di atas Pulau Jawa sehingga suhu udara terasa cukup panas. Berlangsung sejak awal Oktober ini hingga beberapa bulan kedepan,” jelas Kepala Kelompok Data dan Informasi Staklim BMKG Jogjakarta Djoko Budiyono, Minggu (14/10).
Djoko menuturkan posisi semu matahari bertahan di selatan equator hingga Februari. Tentunya mengalami pergerakan secara perlahan menuju selatan. Puncaknya berada di kawasan Benua Australia pada medio Desember.
Setelah mencapai Australia, matahari kembali mengarah ke sisi utara equator. Siklus matahari semu ini terulang kembali pada medio Februari April. Bersamaan dengan fase tersebut, Indonesia akan mengalami pancaroba.
“Wilayah Indonesia khususnya yang mempunyai tipe hujan monsoon akan memasuki musim penghujan. Jogjakarta termasuk wilayah yang memiliki monsoon, kalau awal musim hujan November,” ujarnya.
Selain suhu udara, Djoko menghimbau warga bersiap diri menghadapi pancaroba. Pada fase ini kerap muncul cuaca ekstrem tak terduga. Perubahan cuaca terjadi secarara signifikan terutama pada siang hingga malam hari.
Perubahan cuaca tidak hanya sekadar panas menjadi hujan. Pada fase ini perubahan cuaca diikuti dengan intensitas hujan tinggi. Bersamaan dengan turunnya hujan, muncul pula angin kencang disertai dengan petir.
“Perubahannya signifikan dari siang ke sore, bisa mendadak meski hujan hanya skala lokal. Durasi hujan juga cenderung pendek dan tidak lama,” katanya.
Djoko juga menghimbau warga dan instansi terkait membersihkan saluran air. Tidak hanya drainase perumahan dan jalan namun juga selokan dan sungai. Tujuannya untuk mengantisipasi genangan hingga banjir jika aliran tersumbat.
Termasuk memangkas pohon yang tua dan bercabang, memperbaiki atap rumah yang sudah rusak. “Kami juga menghimbau para petani mempersiapkan diri dengan masa tanam yang sesuai iklim,” pintanya.
Terpisah Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Jogja Endang Sri Rahayu menuturkan panasnya suhu menjadi penyebab meningkatnya kuantitas debu yang berpotensi penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).
“ISPA termasuk penyakit menular, ada baiknya untuk meminimalkan penyebaran menggunakan masker,” pesannya.
Cuaca panas juga bisa mengakibatkan dehidrasi dan radang tenggorokan. Ada baiknya masyarakat juga rajin mengkonsumsi air putih. “Minimal 8 gelas perhari,” katanya.
Sebagai langkah pencegahan, Endang juga menghimbau agar masyarakat rajin berolahraga dan tidak merokok. Serta mengkonsumsi makanan dan minuman bergizi. Termasuk melakukan aktifitas fisik minimal 30 menit perhari.
Selain itu masyarakat juga diminta menjaga kebersihan. Minimal untuk rajin untuk mencuci tangan. Itu karena tangan adalah tempat yang paling sering membawa penyakit. “Karena untuk bersalaman atau memegang sesuatu, maka dari itu harus cuci tangan,” ujarnya. (dwi/cr5/pra/er/mo2)