JOGJA – Sejumlah tokoh lintas agama dari berbagai dunia bersama Gerakan Pemuda (GP) Ansor mengajak masyarakat internasional untuk bersungguh-sungguh mewujudkan perdamaian global. Ajakan tersebut dikuatkan melalui Seruan Nusantara yang tercetus dari Jogjakarta, Jumat (26/10).

Seruan Nusantara tersebut merupakan muara dari 2nd Global Unity Forum (GUF) yang digelar Pimpinan Pusat GP Ansor. Acara yang digelar selama dua hari mulai Kamis (25/10) hingga Jumat  (26/10) tersebut berlangsung di Hotel Marriot, Sleman, Jogjakarta. Ansor dan para tokoh agama juga meminta berbagai pihak tak memanfaatkan agama sebagai senjata politik.

Sekjen GP Ansor Abdul Rochman mengatakan, Seruan Nusantara mengajak semua pihak untuk bergabung bersama membangun konsensus global dalam mencegah dijadikannya Islam sebagai senjata politik baik oleh muslim maupun non-muslim dan memupus maraknya kebencian komunal.

”Ansor juga mengajak mewujudukan tata dunia yang sungguh-sungguh adil dan harmonis yang ditegakkan di atas dasar penghormatan terhadap kesetaraan hak dan martabat bagi setiap manusia,” terangnya.

Pengukuhan Seruan Nusantara ini lantaran ada sebagian kecil kelompok yang ingin mengubah konsensus negara Indonsia yaitu Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, dan UUD 1945.

Abdul Rochman juga menegaskan ingin agama Islam sebagai agama rahmah, agama yang menyebarkan cinta dan kasih sayang universial. Bukan menjadikan Islam marah, kasar dan menyakiti orang lain.

”Ansor mengajak masyarakat Indonesia  untuk berani bersuara tentang konsensus kebangsaan dan Islam yang ramah, yaitu yang rahmatan lil alamin,” tegasnya.

Abdul Rochman menjelaskan, Seruan Nusantara dibuat dalam empat bahasa, yaitu Indonesia, Jawa, Arab, dan Ingggris. Seruan Nusantara juga kembali dibacakan Abdul Rochman di hadapan ribuan santri pada acara inagurasi penutupan Kirab Satu Negeri di Ponpes Pandanaran, Sleman, Jumat (26/10).

Founder and Chairman Wasatia Movement, Jerusalem, Dr. Mohammed Dajjani menyebut partai politik dan organisasi di negaranya, Palestina tidak menyebarkan kasih sayang dan kedamaian. Banyak dari mereka yang justru menyebarkan kebencian, permusuhan dan tidak mencari solusi jalan keluar atas permasalahan yang ada.

Dia mencontohkan Hamas yang tega mengikat anak kecil dengan bom supaya bisa membunuh orang lain. Tindakan ini kemudian difoto dan disebarkan. Mereka didoktrin harus membenci Yahudi, harus membenci Nasrani.

Sementara itu perwakilan dari Irak, Zainab al-Suwaij menyebut negaranya hancur lantaran agama dijadikan alat politik. ”Yang terjadi di negara saya (Irak) perang tak berkesudahan. Orang dibunuh, negara hancur. Mereka mengatasnamakan agama untuk membunuh sesama manusia,” terang Executive Director American Islamic Congress ini.

Kedua tokoh agama dari Irak dan Palestina ini sepakat dengan Indonesia untuk menyikapi perbedaan. Mereka mengaku banyak belajar dari Indonesia yang bisa mengayomi segala perbedaan agama, suku dan ras.

Acara 2nd Global Unity Forum ini dihelat bersama GP Ansor. Pertemuan  ini dihadiri perwakilan negara-negara yang  mengalami konflik agama seperti Irak, Afganistan, Palestina, dan Suriah. Indonesia diharapkan menjadi inspirasi dunia dalam menjaga pluralisme dan toleransi. (sam/ila)