Harganya memang terjangkau. Di kisaran Rp 130 juta. Spesifikasinya juga lumayan. Namun, masifnya program rumah murah yang ditawarkan pemerintah ini tetap sulit terjangkau bagi buruh di DIJ. Dengan upah minimum provinsi Rp 1.570.922, buruh bakal ngos-ngosan menanggung angsuran Rp 700 ribu per bulan.
Kendati begitu, developer perumahan bersubsidi di DIJ mengklaim, peminat rumah murah sangat tinggi. Terutama dari kalangan pekerja.
”Daripada menyewa kos atau kontrakan lebih baik digunakan untuk mengangsur perumahan ini,” jelas Direktur Utama PT Dewi Sri Sejati (DSS) Alim Sugiantoro di kantornya pekan lalu.
PT DSS di DIJ membangun sekitar 300 unit rumah murah. Lokasinya di perbukitan Jering, Kwagon, Godean, Sleman. Alim menyebut harga rumah tipe 30/60 yang ditawarkan di kisaran Rp 130 juta.
”Angsurannya sekitar Rp 700 ribu per bulan,” sebutnya.
Meski harganya ekonomis, Alim menggaransi berbagai bahan material yang digunakan tidak murahan. Bahan fondasi, misalnya, berupa batu sungai. Dindingnya menggunakan bata ringan, kerangka atap baja ringan, dan atapnya berupa seng.
”Luas tanahnya 6 X 10 meter,” ujar Alim menyebut setiap rumah berfasilitas listrik pra bayar 900 watt dan jaringan air PDAM.
Alim memerinci tanah seluas itu untuk beberapa ruangan. Di antaranya dua kamar tidur dengan ukuran 3 X 3 meter dan 2,5 X 3 meter. Serta ruang tamu dan kamar mandi. Ruang keluarga didesain satu dengan ruang tamu.
”Sisa tanah di depan bisa untuk carport. Sedangkan sisa tanah di belakang untuk dapur,” urainya.
Alim juga menjamin perumahan bersubsidi dilengkapi dengan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang memadai. Seperti akses jalan, tempat ibadah, mini market, dan ruang pertemuan warga.
Ketika disinggung mengenai kebolehan merenovasi, Alim tidak memberikan larangan. Namun, sesuai aturan modifikasi bisa dilakukan setelah lima tahun berjalan. ”Saya pikir (renovasi) tidak masalah selama tidak mengubah bentuk aslinya,” katanya.
Berbeda dengan PT DSS, PT Biva Karya menawarkan spesifikasi berbeda. Sama-sama membangun tipe 30/60, developer yang berkantor di Simpang Empat Jalan Parangtritis Ring Road Selatan ini menggunakan bata merah plester aci untuk dindingnya. Atapnya berupa genting. Lalu, rangka atap berupa kayu glugu Sulawesi.
”Listriknya 900 watt hingga 1.300 watt. Sedangkan jaringan air dari PDAM,” jelas Marketing PT. Biva Karya Indah Wahyuni.
Sama PT DSS, unit perumahan PT Biva Karya juga laku keras. Menurutnya, PT Biva Karya membangun tiga kompleks perumahan. Yakni, di Triwidadi (Pajangan), Sendangsari (Pajangan), dan Giripeni (Kulonprogo). Hingga sekarang seluruh unit di Triwidadi dan Sendangsari telah habis.
”Kalau pembelinya beragam baik usia maupun profesinya. Namun rata-rata adalah usia produktif sebagai pertimbangan kemampuan angsuran kepada pihak perbankan,” katanya.
Sementara itu, kendati sudah ada payung hukum, realisasi pembangunan rumah bersubdisi di Kabupaten Sleman cukup sulit. Peraturan Bupati (Perbup) No. 19/2017 tentang Penyelenggaraan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah belum menjadi jawaban atas ketersediaan hunian murah. Mahalnya lahan sebagai penyebabnya.
”Permasalahannya kami tidak bisa membantu untuk tanah. Kami hanya bisa membantu PSU (prasarana, sarana dan utilitas umum),” jelas Kepala Seksi Perumahan Formal Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Sleman Muhamad Nurrochmawardi.
Ketua DPD REI DIJ Rama Adyaksa Pradipta mengatakan, backlog atau ketimpangan antara jumlah rumah yang terbangun dan kebutuhan masyarakat di DIJ sangat tinggi. ”Saat ini backlog-nya mencapai 252.000,” sebutnya.
Kondisi itu akibat tingginya permintaan pasar. Apalagi hunian untuk kelas menengah ke bawah menjadi pasar terbesar. Namun, mahalnya lahan membuat belum banyak pengembang yang bermain di sektor rumah murah. Kendati demikian, DPD REI DIJ telah menargetkan pembangunan rumah bersubsidi dengan harga Rp 130 juta sebanyak 300 unit di tahun 2018. Padahal, kondisi saat ini sangat tidak memungkinkan untuk rumah MBR. Harga tanah yang semakin ugal-ugalan menjadi kendala.
”Padahal harga tanah memengaruhi 50 persen harga jual rumah,” bebernya.
Dikatakan, DIJ sendiri merupakan pasar spesial bagi sektor properti. Sebab DIJ merupakan Kota Pelajar dan tujuan wisata. Dari itu, harga tanah di DIJ tertinggi kedua di Indonesia setelah Bali. (dwi/har/zam/rg/mo2)