JOGJA – Universitas Respati Yogyakarta (UNRIYO) mengirimkan tim relawan kesehatan ke Palu Sulawesi Tengah untuk membantu korban gempa dan tsunami di sana. Pengiriman tersebut merupakan yang kedua setelah sebelumnya menjalankan misi kemanusiaan di Lombok  Agustus-September lalu.

Dalam misi kedua ini diberangkatkan sebanyak  sembilan orang  dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES). Mereka  dipimpin langsung oleh Wakil Rektor 1 UNRIYO  Dr. Fransiska Lanni, MS dan telah diberangkatkan ke Palu Selasa (30/10) lalu.

Tim terdiri dari  Mohamad Yudha, S.Kep,Ns., M.Kep., Dr. Ariyanto Nugroho, SKM, M.Sc., dr. Jacoba Nugrahaningtyas, M.Kes., Siti Fadillah, S.Kep,Ns, MSN., Maratusholikhah Nurtyas, S.ST, M.Kes.,  Nuraini Staryo, SKM., M.Sc., Farissa Fatimah, S.Gz,, M.Gz., dan koordinator lapangan Nazwar Hamdani Rahil, S.Kep.Ns., M.Kep.

Menurut  Lanni, tim relawan kesehatan  untuk  Palu merupakan  salah satu program pengabdian masyarakat interprofesional yang dikembangkan UNRIYO  dari  berbagai disiplin ilmu dan profesi. Diantaranya Dokter, Perawat, Bidan, Ahli Kesehatan Masyarakat, Ahli Gizi, dan Fisioterapis.

“Selain itu ‘kesehatan kebencanaan’ merupakan spesifikasi visi  dari Fakultas Ilmu Kesehatan UNRIYO yang salah satunya diwujudkan oleh para tim relawan yang telah terlatih,” jelasnya.

Untuk  mendukung operasional, tim juga membawa berbagai logistik seperti alat  telekomunikasi, peralatan medis untuk perawatan luka dan pemeriksaan kesehatan, obat-obatan penunjang, sarana dan media  trauma healing.

Selama bertugas, lanjut Lanni, tim relawan kesehatan UNRIYO  menempati kompleks tenda yang didirikan oleh Turkish Crescent Red Cross (TURKKIXILAYI)  bekerja sama  dengan PMI di atas bukit Desa Balaroa, sekitar dua kilometer di atas dari Desa Baraloa yang hancur akibat likuifaksi.

Kompleks Pengungsian itu terdiri dari 290 tenda keluarga, yang memang belum ada relawan kesehatannya sehingga kehadiran tim Relawan Kesehatan UNRIYO  disambut baik dan dirasakan manfaatnya oleh warga.

Kepala Puskesmas Sangurara Drg. Akmal memberi apresiasi yang tinggi kepada relawan UNRIYO yang rela  bermalam ditenda agar  memberikan  layanan 24 jam.

“Para relawan ditempat lain biasanya hanya datang siang dan pulang sore hari sehingga jika ada masyarakat yang sakit malam hari tidak mendapat pertolongan segera,” katanya. (sce/pra/zl/mo2)