Dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Thailand dan Malaysia, minat baca masyarakat Indonesia masih tertinggal. Karena itu, program peningkatan minat baca di masyarakat harus terus digalakkan. Salah satunya, melalui road show minat baca yang diinisiasi Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) DIY.
“Sebagai mitra kerja, kami mendorong program BPAD DIY dalam upaya mencerdaskan masyarakat. Minat baca masyarakat masih rendah. Yang banyak justru membaca WhatsApp (WA). Di grup-grup WA, ya kalau yang dibagikan hal positif. Jika hal negatif kan dapat menyebabkan perpecahan,” ingat Ketua Komisi D DPRD DIY Koeswanto di Balai Desa Sidomulyo, Godean, Sleman, Kamis (8/11)
Lain halnya kalau membaca buku. Manfaatnya pasti jauh lebih banyak. Komisi D mengapresiasi dan mendukung penuh kegiatan yang dilaksanakan BPAD DIY “Minat baca harus terus ditumbuhkembangkan,” kata Koeswanto yang ikut tampil sebagai narasumber.
Koeswanto mengajak agar menjadikan membaca buku sebagai gaya hidup kekinian. Membaca menjadi kebiasaan setiap hari. Mendukung upaya itu, DPRD DIY bersama BPAD DIY terus menyiapkan beragam fasilitas bahan bacaan. “Bahannya dapat diakses dimana saja. Bisa di ponsel, ebook perpus Sleman. Ipusnas, Ijogja. Sudah puluhan ribu buku bacaan. Panjenengan tinggal kerso apa tidak,” jelasnya.
Kepala BPAD DIY Monika Nur Lastiyani mengatakan, saat ini bahan bacaan sudah sangat beragam. Tinggal mencari topik materi yang disukai. Misalnya, ibu-ibu bisa membaca buku materi memasak. Setelah membaca dapat langsung dipraktikkan. “Hasilnya bisa dipasarkan,” terang Monika.
Variasi menu bisa didapat dari resep. “Dari membaca menjadi karya dan sejahtera. Begitu juga dengan yang senang menjahit,” ungkapnya. Pun dengan yang gemar pertanian yang memanfaatkan pekarangan. Bisa mencari referensi dari membaca.
Dari membaca mendapatkan pengetahuan, kreativitas dan inovasi. Melakukan sesuatu dan menjadikan manfaat. “Manfaat tidak harus ekonomis, namun bisa sosial budaya dan pendidikan. Memanfaatkan potensi masing-masing,” paparnya.
Dikatakan, indeks membaca di DIY 0,042 tertinggi se-Indonesia. Dengan gemar membaca, menjadikan sebagai budaya sekaligus gaya hidup. Selanjutnya nanti akan senang menulis. Itu semua bisa menghindarkan kepikunan.
“Kalau pikun akan menyusahkan. Tanggulangi dengan rajin membaca dan menulis,” jelasnya. (riz/kus/by/mg3)