BANTUL – Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul intens memantau kesehatan lansia dan balita. Caranya melalui posyandu. Kondisi kesehatan lansia terpantau melalui kegiatan yang dilaksanakan secara terjadwal ini. Pun dengan kesehatan dan perkembangan balita.
Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinkes Bantul dr Anugrah Windyasari mengatakan, ada pemeriksaan yang rutin dilakukan terhadap peserta posyandu lansia. Yaitu, pengukuran tinggi badan, timbang badan, serta tensi. Namun, di antara peserta posyandu lansia ada pula yang mendapatkan screening standar.
”Selain tinggi dan timbang badan, serta tensi, mereka juga diperiksa kolesterol, gula darah dan ada tidaknya gangguan emosional yang mengarah ke pikun,” jelas Anugrah di kantornya Kamis (15/11).
Menurutnya, pemeriksaan lansia idealnya memang screening standar. Persoalannya, anggaran yang dibutuhkan cukup besar. Begitu pula dengan jumlah sumber daya manusia (SDM) yang harus dipersiapkan. Anggaran, contohnya. Dinkes setidaknya harus mengalokasikan anggaran sekitar Rp 4 miliar untuk screening standar seluruh lansia di Kabupaten Bantul. Itu dengan asumsi jumlah lansia saat ini mencapai 135.699 orang. Dari itu, dinkes melaksanakan screening standar secara bertahap.
”Targetnya (screening standar) 41.545. Capaiannya 17.996 orang atau 43 persen dari target,” sebutnya.
Di Kabupaten Bantul, Anugrah menyebut ada 910 posyandu lansia. Tersebar di berbagai kecamatan. Praktiknya, pegawai puskesmas tidak sekadar melakukan pemeriksaan. Lebih dari itu, pegawai juga memberikan pembinaan berupa pelatihan terhadap kader. Kader ada yang dilatih bagaimana melakukan screening. Ada pula yang dilatih cara menimbang dan mengukur tinggi badan dengan baik. Sebab, hasil berbagai pemeriksaan ini sangat penting. Tinggi badan, misalnya. Itu untuk mengetahui apakah lansia mengalami bungkuk atau tidak.
”Dan hasil pemeriksaan ini bakal ditulis di KMS (kartu menuju sehat),” ucapnya.
Nah, hasil yang tertulis di KMS ini kemudian dilaporkan ke puskesmas untuk diolah. Menurutnya, pemeriksaan ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah ada lansia penderita penyakit tertentu yang belum terdeteksi. Petugas bakal langsung merujuk ke puskesmas bila ada temuan.
”Lansia yang sudah menjadi pasien rutin puskesmas tak di-screening,” ujarnya.
Ketika disinggung mengenai jadwal posyandu lansia, Anugrah mengatakan, sebagian ada yang dilakukan sebulan sekali. Ada pula yang tiga bulan sekali. Itu tergantung jumlah SDM puskesmas. Sebagian ada yang sesuai permintaan masyarakat. Yang jelas, tingkat partisipasi di setiap posyandu di atas 50 persen.
”Tujuannya juga untuk menjaga agar lansia tetap sehat dan bugar. Juga untuk menjaga psilologi mereka agar tetap senang,” kata Anugrah mengungkapkan, peserta posyandu juga diberikan pemberian makanan tambahan (PMT) dan mengikuti senam sehat lansia.
Seperti lansia, posyandu balita juga dilaksanakan secara terjadwal. Bahkan, di antaranya ada yang bersamaan. Menurutnya, jadwal posyandu balita tergantung jumlah SDM kader.
”Jumlah posyandu balita ada 1.137,” sebutnya.
Apa saja yang diperiksa? Anugrah menyebut di antaranya penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan. Hasil pemeriksaan ini bakal ditulis dalam KMS. Itu sebagai bekal bagi puskesmas untuk mengetahui apakah ada balita yang menderita gizi buruk, gizi kurang, dan gizi kurus. Sekaligus mempersiapkan penanganannya.
”Yang memantau penimbangan bisa petugas gizi atau bidan desa,” tambahnya. (**/zam/zl/mg3)