JOGJA – Uma Hapsari, perempuan kelahiran Bantul 27 tahun silam ini, mulai menggeluti dunia sepatu sejak berusia 24 tahun. Berawal dari toko offline yang menjual berbagai macam kebutuhan milikinya, Uma berinisiatif untuk menjual barang dagangannya lewat situs online.

Penjualan yang tidak berjalan mulus, Uma akhirnya mencoba untuk menjual sepatu yang dia ambil dari seorang produsen. Dengan label miliknya bernama Amazara, Uma mulai menjual sepatu jenis wedges, slip on, dan platform dengan jumlah 15 pasang.

OFFLINE DAN ONLINE: Uma Hapsari menggeluti dunia sepatu dengan label Amazara. (DOKUMEN PRIBADI)

”Yang paling diminati adalah slip on pada saat itu, jadi saya mulai mengembangkan slip on terlebih dahulu,” jelas Uma ditemui baru-baru ini.

Lambat laun, Uma mulai berpikir, brand lokal yang menjual sepatu dengan harga terjangkau dan model yang stylish belum dia temukan. Dengan modal yang tidak begitu banyak, Uma mulai mendirikan perusahaan sepatu miliknya.

Dimulai dari pembuatan website, foto produk, dan memasarkan produk, dikerjakan dengan bantuan suami. Setelah produk miliknya mulai dikenal, Uma mempekerjakan customer service (CS) yang bekerja di garasi rumah yang disulap menjadi kantor.

”CS awalnya freelance, sampai akhirnya full time dan bekerja di garasi,” jelas lulusan Macquarie University, Sydney, Australia ini.

Saat ini, Amazara hanya menjual sepatu khusus perempuan. Produksinya dibantu 40 pegawai serta 60 perajin sepatu. Rumah produksi sepatu Amazara saat ini berada di Jakarta Barat, Bandung, dan Bogor yang menghasilkan kurang lebihnya 7.000 pasang sepatu setiap bulannya.

Dengan mengusung slogan Affordably Stylish, Uma mampu menjual 4.000 sampai 5.500 pasang sepatu setiap bulannya. Sepatu yang dijual oleh Amazara muli dari flat shoes, heels, sneakers, loafers, serta slip-on yang dibandrol mulai harga 100 sampai 300 ribu.

Uma memastikan, dengan harga terjangkau, pelanggan bisa mendapatkan sepatu yang diinginkan dengan kualitas yang baik. Selain itu, CS yang melayani selama 24 jam menerima kritikan serta pengembalian barang yang sangat mudah bagi pembeli.

”Kepuasan pelanggan sangat diperhaikan, jika barang tidak sesuai dengan keinginan akan kami ganti,” tambah Uma.

Untuk mendongkrak penjualan sepatu miliknya, pada  2017 Uma mulai menggandeng artis seperti Nagita Slavina dan Tiara Pangestika dengan label sepatu milik mereka. ”Secepatnya, akan menggandeng Tasya Kamila,” ungkapnya.

Menurut Uma, tren sepatu 2019 masih dikuasai oleh sneakers. Sepatu yang nyaman digunakan di setiap acara dan sesuai di semua kalangan masih menjadi daya Tarik tersendiri. Oleh karena itu, Uma mencoba membuat sneakers yang nantinya bisa dicuci di dalam mesin cuci.

Selain itu munculnya berbagai macam jenis sepatu, kesadaran terhadap lingkungan juga harus diperhatikan oleh produsen sepatu. Mendaur ulang limbah insole dari produksi Amazara dan beberapa limbah pabrik di Tangerang adalah salah satu inovasi yang dikembangkan Uma untuk menjaga lingkungan. (cr7/ila)