JOGJA – Intensitas hujan yang mulai sering mengguyur wilayah Kota Jogja membuat warga yang tinggal di bantaran Kali Code harus selalu waspada. Terlebih di beberapa lokasi rawan longsor. Bahkan ada sisa longsor tahun lalu yang belum diperbaiki.

Pemerhati dari Komunitas Code Totok Pranoto mengatakan, ada potensi longsor di beberapa titik sekitar Kali Code. “Di RW 01 Terban itu tanahnya menjadi jenuh dan massanya bertambah karena guyuran hujan,” katanya kepada Radar Jogja beberapa waktu lalu.

Sementara itu, ada pun potensi genangan dimungkinkan terjadi pada kampung-kampung nggirli (pinggir kali) yang landai. “Sejak beberapa hari ini, paling besar itu saat hujan Rabu (7/11). Hampir mencapai dua meter,” ujarnya.

Kendati demikian, masyarakat sekitar Kali Code sudah memiliki antisipasi khusus. Terlebih sejak dicanangkan program Kampung Tangguh Bencana. Totok mengatakan, masyarakat akan diungsikan ke masjid jika hujan deras mengguyur malam hari. Persiapan yang dilakukan pun berupa ronda dan penyediaan pompa air.

Hal serupa juga disampaikan oleh Ketua RW 01 Jagalan, Ledoksari, Eliza Agus Tiyono. KTB bentukan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Jogja tersebut membantu masyarakat untuk aktif memantau aktivitas sungai. Agus mengatakan, tingginya debit air sungai tak hanya disebabkan oleh hujan, tapi juga kiriman dari hulu Kali Code. “Kalau di sana (hulu) tingginya dua meter, belum tentu sampai sini dua meter,” katanya.

Terkait luapan air Agus mengatakan hal itu juga bergantung pada dinding talud penahan. Jika ada dinding talud yang tak kuat menahan air, kemungkinan akan jebol. Talud yang jebol akan membuat air sungai dengan debit tinggi meluap bahkan hingga ke rumah-rumah. Sejauh ini, masyarakat secara aktif hanya bisa mengamati titik-titik rawan bencana. Baik itu dari segi kondisi wilayah sampai kondisi dinding talud.

Agus berharap pemerintah mampu memberi perhatian lebih pada dinding talud yang kekuatannya sudah tidak optimal. Ia berharap pemerintah bisa melakukan penguatan kembali konstruksi struktur dinding talud. Konstriksi tersebut pun diharapkan tidak asal-asalan agar talud tak mudah rapuh.

Dari catatan BPBD Kota Jogja, saat ini masih ada talud yang ambrol, akibat badai Cempaka tahun lalu, di Juminahan Danurejan yang hanya ditutup dengan terpal. Menurut Kepala Pelaksana BPBD Kota Jogja Hari Wahyudi talud tersebut masuk dalam anggaran perbaikan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebesar Rp 4 miliar. “Tapi pekerjaan (perbaikan) baru tahun depan,” jelasnya. (cr9/pra/zl/mg3)