SLEMAN – Sejak 2016, Tuberkulosis (TBC), penyakit kulit, dan diare masih menjadi penyakit yang banyak diderita masyarakat. Beberapa golongan masyarakat sangat rentan terjangkit penyakit tersebut. Termasuk para santri di pondok pesantren (ponpes).

Pemkab Sleman gencar mengampanyekan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) sampai pesantren. Baik sosialisasi maupun imunisasi.

Kabid Pencegahan dan Pegendalian Penyakit, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman, Novita Krisnaeni prihatin dengan kondisi pesantren di Sleman. Belum semua pesantren menerapkan prinsip Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

“Masih banyak pesantren yang padat siswanya. Sehingga kebersihan lingkungannya kadang terabaikan,” kata Novita Selasa (20/11).

Pesantren yang padat siswa itu, membuat beberapa penyakit berkembang dan menular cepat. TBC dan penyakit kulit mendominasi. Bahkan ada santri yang terserang Hepatitis A di dua pesantren di Sleman.

“Kalau TBC ditularkan lewat udara. Di pesantren itu padat, jadi mudah menular,” ujar Novita.

Temuan TBC di pesantren kalah jumlah dibanding temuan scabies atau kudis. Hampir setiap santri pernah terjangkit penyakit ini. Minimnya kesadaran menjaga kebersihan ditengarai menjadi penyebab utama.

Para santri sering menggantungkan pakaian di sembarang tempat. Tak jarang juga, pakaian itu ditumpuk dengan sembarangan.

Scabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan tungau yang menyusup ke lapisan kulit terluar. Menimbulkan ruam pada kulit, menyebabkan gatal dan keropeng (kotoran yang mengering pada luka).

“Menularnya lewat sentuhan. Kan pesantren padat santri, kalau menaruh baju asal taruh, asal tumpuk, ini yang menyebabkan scabies banyak terjadi,” jelas Novita.

Scabies dapat menjangkiti seluruh bagian tubuh. Pihaknya mengimbau para santri turut melakukan langkah PHBS.

Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Dinkes Sleman, Cahya Prihantana menjelaskan, ada tiga fokus utama program Germas di pesantren. Peningkatan konsumsi sayur dan buah, aktifitas fisik, dan deteksi penyakit.

“Untuk mengurangi potensi penyakit di pesantren,” kata Cahya.

Sejak 2017 pihaknya menyasar 30 pesantren. Tujuannya agar pesantren peduli kesehatan. “Jadi program Germas untuk pesantren dapat meningkatkan taraf kesehatan,” ujarnya. (har/iwa/zl/mg3)