SLEMAN – Keluarga Cemara karya Arswendo Atmowiloto diangkat ke layar lebar lewat arahan Sutradara Yandy Laurens. Film yang dibintangi Ringgo Agus Rahman sebagai Bapak dan Nirina Zubir sebagai Emak ini merupakan film panjang pertama sutradara yang pernah meraih Piala Citra Kategori Film Pendek Terbaik ini.

Beruntung, Yandy Laurens dan Nirina Zubir menyempatkan mampir ke Kantor Radar Jogja untuk berbincang tentang film yang akan di-launching pada 20 Desember dan bisa disaksikan di bioskop pada 3 Januari 2019 mendatang.

”Saya diberi kebebasan untuk memilih cerita. Saya percaya dengan penulisan dan penggarapan film ini, saya pun tak merasa ada beban sosial jika dibandingkan dengan versi lamanya,” ujar Yandy memulai perbincangan Jumat siang (30/11).

Yandy mengungkapkan, pembuatan film ini menghabiskan waktu 23 hari untuk reading dan 21 hari untuk syuting. Dia pun banyak terlibat saat proses reading meski hanya menemani pemain membaca naskah. Apalagi pemain yang diarahkan ada banyak pemain anak-anak.

”Menjadikan lokasi syuting layaknya sebuah keluarga dan teman, anak-anak pun merasa lokasi syuting sebagai arena mereka untuk bermain. Ringgo dan Nirina bahkan menjadi orang tua di dalam dan di luar set. Misalnya dengan membuat games dan lelucon untuk anak-anak,” ujar sang sutradara yang baru saja meninggalkan masa lajang usai menyelesaikan film Keluarga Cemara ini.

Baginya, spirit yang menyenangkan bersama pemain dan kru menjadi kekuatan film ini. ”Jika ditanya apa kekuatan film ini, apakah skrip, apakah pemain. Saya bilang kekuatan film ini terletak pada kolaborasi, dari mulai pemain, penata musik, pemain, hingga kru-nya,”

Keluarga Cemara sendiri ditampilkan dalam world premiere di Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) 2018. Yandy pun merasa bangga filmnya bisa ditampilkan dalam festival ini. ”Saya merasa besar di film pendek, dan festival menjadi persinggahan terakhir bagi saya. Senang bisa tampil di festival, ini menjadi satu apresiasi sendiri,” jelasnya.

Nirina Zubir menambahkan,  antusiasme warga Jogja sangat besar. ”Mereka juga memberikan apresiasi yang baik,” ungkapnya.

Menurutnya, film ini menjadi spirit tersendiri bahwa semua hal akan kembali pada keluarga. Film ini layak ditonton keluarga, orang tua dan anak-anaknya. Tanpa harus menggurui, film ini mampu memberikan refleksi terhadap situasi dan persoalan yang dihadapi sebuah keluarga.

”Jadi moment yang menyenangkan untuk keluarga, melakukan aktivitas bersama dengan menonton film ini. Bahkan para ayah tak perlu ragu untuk menunjukkan sisi kerapuhan, tak usah sungkan untuk menitikkan air mata,” ujar Nirina.

Nirina mengungkapkan, ada banyak hal yang bisa dia pelajari dari sikap Keluarga Cemara. Misalnya saja pada tokoh Emak yang dia perankan. Nirina sendiri berusaha mencoba mengaplikasikan sikap-sikap Emak dalam kehidupan sehari-hari. ”Di mana seorang istri dan ibu itu tahu kapan harus diam dan kapan harus bicara dan menenangkan keluarga,” ungkapnya. (ila)