SLEMAN – Gerakan aksi juru pemantau jentik (jumantik) di Kabupaten Sleman membuahkan hasil signifikan. Aksi yang digelar setiap Jumat terbukti mampu menurunkan angka kasus demam berdarah dengue (DBD). Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo merinci, angka DBD sejak awal 2018 hingga November lalu tercatat hanya 97 kasus. Sangat jauh dibandingkan 2017 sebanyak 427 kasus dan pasien meninggal 9 orang.

Keberhasilan itu tentu saja hal itu didukung kesadaran masyarakat dalam penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Juga keberhasilan program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan pola 3M plus. Yakni menutup, mengubur, dan menguras plus menaburkan bubuk abate pembasmi jentik di bak mandi.

Meski penurunan kasus DBD sangat signifikan, Joko mewanti-wanti masyarakat tetap waspada. Mengingat saat ini masuk musim penghujan. Sedikit kubangan air saja bisa menjadi tempat berkembang biak nyamuk aedes aegypti, inang pembawa virus DBD. Selain itu, meski hanya satu kasus pun di suatu daerah bisa dikategorikan dalam kondisi luar biasa DBD. “Ancaman DBD nyata dan ada setiap tahun,” tuturnya Selasa (4/12).

Di sisi lain, dinas kesehatan mencatat adanya siklus lima tahunan DBD di Sleman. Pada 2011 dengan 166 kasus. Selang lima tahun, pada 2016 terjadi 880 kasus dengan korban meninggal 9 orang. Lepas adanya siklus atau tidak, waspada DBD harus menjadi perhatian masyarakat. Prinsipnya, kata Joko, saat musim hujan jangan biarkan ada air tergenang. “Sekecil apa pun genangan itu harus segera dibersihkan. Agar tak menjadi sarang nyamuk bertelur,” ingatnya.

Upaya preventif DBD juga terus digencarkan. Misalnya melalui penyuluhan di kelompok-kelompok masyarakat dalam agenda Jumat Bersih. Pemantauan oleh jumantik secara berkala. Juga fogging. “Fogging hanya dilakukan untuk memutus rantai penularan. Yaitu bila di suatu area terdapat kasus positif DBD berdasar diagnosis rumah sakit. Serta ada tanda penularan setempat,” jelas Joko.

Persebaran DBD di Sleman cenderung merata. Namun, kawasan padat penduduk menjadi fokus utama gerakan bersih jentik. Khususnya di wilayah semi perkotaan. Seperti Kecamatan Depok, Mlati, dan Sleman. Warga di tiga wilayah tersebut diimbau selalu waspada DBD.

Pemantauan DBD juga dilakukan World Mosquito Program (WMP) Jogjakarta. Lewat studi dampak pelepasan nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia di kawasan endemik DBD. Nyamuk ini merupakan nyamuk anti-demam berdarah. (*/har/yog/fn)