PASAR properti di Jogjakarta sangat beragam. Pangsa pasarnya mulai pensiunan yang mencari hunian untuk menikmati masa purnabakti, pelajar atau mahasiswa yang sedang belajar, bahkan masyarakat umum dari luar daerah.

Ternyata, para untuk kalangan muda begitu besar. Namun, apakah para pengembang sudah mulai melirik pasar generasi milenial atau keluarga muda berusia 21 hingga 29 tahun?

Salah seorang pengembang properti di Jogjakarta Hugi Kahyadi Putrawan mengatakan, secara spesifik pengembang properti belum menyasar secara spesifik segmen generasi milenial. Padahal, menurutnya, pasar milenial ini menarik untuk digarap.

Pengembang properti Hugi Kahyadi Putrawan. (JAUH HARI W/RADAR JOGJA)

”Idenya (hunian untuk milenial) bagus. Tapi, aplikasinya di Jogjakarta ini mungkin belum sebaik kota besar lain,” kata dia.

Hugi menilai saat ini kebanyakan pengembang di Jogjakarta masih bermain pada pasar masyarakat umum. Sebab, milenial atau keluarga muda belum terlalu membutuhkan hunian.

Di samping itu, keuangan generasi milenial juga masih terbatas. Mereka lebih mengalokasikan keuangan untuk kebutuhan lain.

”Mungkin kalau hunian berupa rumah tapak masih belum. Lebih cocok ke apartemen,” ujarnya.

Lebih lanjut Hugi menjelaskan, hunian yang dikhususkan untuk generasi milenial memang belum ada. Namun, beberapa pengembang sudah ada yang bermain di pasar untuk keluarga kecil.

”Kalau khusus milenial tidak ada. Tapi kalau pasar keluarga kecil, biasanya teman-teman menyediakan di tipe 45 dan tipe 50,” bebernya.

Salah seorang yang termasuk dalam generasi milenial, Wahyu Setyaji, 27, mengatakan lebih suka dengan hunian minimalis dan fungsional. ”Tidak perlu yang besar yang penting ruang gerak cukup,” ujarnya.

Untuk ukuran bangunan, dia lebih memilih rumah dengan yang menyediakan 3 kamar tidur, 2 kamar mandi, 1 ruang makan, 1 dapur, 1 ruang tamu, dan ditambah garasi. Bangunan berdiri di atas lahan yang cukup luas.

Dia ingin ada halaman di bagian depan rumahnya. ”Setidaknya ada ruang bermain untuk anak,” bebernya.

Diakuinya, saat ini pengembang telah memperkirakan kebutuhan pasar. Termasuk pasar untuk generasi milenial. ”Kalau saya melihat pengembang pasti memperhatikan itu (pasar). Tapi, untuk milenial mungkin masih belum,” tuturnya. (har/amd)