SLEMAN – Sepanjang 2018 ada 32 warga Sleman terkena leptospirosis. Dua di antaranya meninggal dunia oleh penyakit yang terkandung dalam kencing tikus itu.

Tikus banyak ditemui di sawah. Sleman memiliki lahan pertanian luas. Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman mengimbau petani mewaspadai ancaman leptospirosis.

Kepala DP3 Sleman, Heru Saptono mengatakan, pihaknya berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman. Agar petani paham dan menjaga kebersihan diri.

“Kami mengimbau petani menjaga kebersihan. Agar terhindar dari bakteri yang umumnya berasal dari kencing tikus,” kata Heru Rabu (9/1).

Leptospirosis berasal dari kencing tikus yang membawa bakteri Leptospira interrogans. Biasanya petani memiliki kebiasaan menumpuk jerami di pematang sawah.

“Tumpukan jerami itu dimanfaatkan sebagai tempat kencing tikus,” ujar Heru.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Dinkes Sleman, Dulzaini mengatakan, di Sleman ada dua orang meninggal karena leptospirosis pada 2018. “Totalnya ada 32 kasus leptospirosis,” katanya Dulzaini.

Menurut dia, tidak hanya faktor kebersihan yang menjadi penyebab terjadinya kasus leptospirosis. Tapi juga faktor cuaca ekstrem seperti yang terjadi pada 2017. Kasus leptospirosis banyak terjadi pada 2017 karena cuaca ekstrem.
Petani, kata dia, perlu diberi pemahanan terkait leptospirosis. Orang yang terkena leptospirosis akan mengalami gejala mual, muntah, nyeri betis, bahkan badan menguning.

Kencing tikus yang mengandung bakteri leptospira dapat menular ke manusia. Bakteri tersebut yang menyerang petani. Leptospirosis menyerang manusia usia 15 tahun ke atas. (har/iwa/fn)