JOGJA- Bersamaan dengan rangkaian Haul ke-30 KH Ali Maksum, diluncurkan sebuah buku tentang sosok KH Ali Maksum yang ditulis Ahmad Athoillah di Hall Room Al Ashri-Inn Jalan DI Pandjaitan No 104 Senin (14/1). Buku itu berjudul Biografi KH Ali Maksum Ulama, Pesantren, dan NU.
Selain penulis, launching buku ini juga ditandai dengan bedah yang menghadirkan Prof Djoko Suryo (UGM), Prof Yudian Wahyudi (Rektor UIN Sunan Kalijaga), KH Ahmad Zaim Maksum (Pengasuh PP Lasem, Rembang), KH A Zuhdi Muhdlor (Wakil Rais Syuriah PWNU DIJ) dipandu moderator Dr Sofiyullah Muzammil.
Menurut Atho, sapaan akrab Ahmad Athoillah, buku ini mulai digarap sejak September 2016 hingga September 2018. Lewat buku ini, Atho menghadirkan penulisan corak baru dalam histografi Indonesia untukk menulis ulama. Selain itu juga menganut pada biografi scientific yang condong sejarah ilmiah dengan mengacu pada data arsip sejarah dan informasi keluarga.”Beliau merupakan tokoh penting abad 20 yang memberikan kontribusi bagi identitas keagamaan, yakni ulama, pesantren, dan NU,’’ jelasnya.
Karena itulah, sosok KH Ali Maksum hingga kini selalu dikenang masyarakat. Bukan hanya santri, kiai dan tokoh keagamaan, namun juga masyarakat secara umum. Dan seiring perjalanan waktu, kenangan yang dimiliki masyarakat semakin panjang. “Nah, hadirnya biografi ini diharapkan mampu mendekatkan kembali sosok KH Ali Maksum,’’ tegasnya.
Sosok Mbah Ali, juga menjadi salah satu tokoh dengan pemikiran dan perbuatannya yang menjadi landasan pijakan penting bagi Islam tradisional. Salah satunya melalui Khittah NU 1926 yang dengan tegas menerima asas Pancasila. Bahkan Islam moderat saat ini juga tidak lepas dari pijakan yang diletakkannya.
Menurut KH A Zuhdi Muhdlor, sosok KH Ali Maksum adalah panutan yang komplet. Baik spiritualitas, intelektualitas, integritas, sosialitas, maupun nasionalitas.
Selain buku karya Athoillah, juga digelar bedah buku Catatan Seorang Santri karya KH Henry Sutopo dan Pak Ali dalam Facebook karya Kh Munawir Abdul Fatah. Acara ini juga dalam rangka mengingat kembali bagaimana sosok KH Ali Maksum. Acara ini diadakan untuk mengenang perjuangan dan keteladanan KH Ali Maksum yang bisa dianut oleh santri baru dan para alumni.
Di mata kedua penulis ini KH Ali Maksum adalah kiai yag sangat sederhana. Dengan hidup yang tidak mewah, KH Ali Maksum selalu tampil apa adanya. Pembawaan kiai yang tenang, santun, dan mengesankan.
Pergaulan dengan para santri dan alumni yang tergolong dekat juga dilakukan oleh KH Ali Maksum. Kiai tidak pernah membedakan dan memandang rendah orang lain. Satu hal yang dia ingat saat menjadi PNS dan bertanya kepada KH Ali Maksum untuk memilihnya atau tidak. “Beliau berani membayar saya lebih tinggi untuk saya memilih berjuang bersama beliau. Dan saya tidak menyesal,” jelas KH Henry Sutopo.
Ida Rufaida Ali, salah seorang putri KH Ali Maksum merasa bangga karena banyak sekali masyarakat dan alumni serta santri yang merasa cinta kepada ayahandanya. Selain melalui perjuangan, kebaikan, dan ilmu yang diberikan kepada masyarakat luas, KH Ali Maksum juga memiliki selera humor yang tinggi. Termasuk saat berada di rumah bersama keluarga dan anak-anaknya.(cr7/din/fn)