GUNUNGKIDUL – Potensi sumber daya kelautan di pantai selatan Gunungkidul menjanjikan. Hanya, tahun lalu hasil tangkapan ikan menurun. Salah satu pemicunya adalah faktor cuaca ekstrem.
”Data 2018, tangkapan ikan nelayan masih di bawah sasaran. Hanya sebesar 3.700 ton, dari 4.900 ton yang sudah ditargetkan,” kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Gunungkidul Krisna Berlian Akhir pekan lalu.
Dikatakan, tingginya ombak pantai selatan Gunungkidul dalam satu tahun terakhir menjadi momok menakutkan. Belum lagi efek bencana di luar daerah. Di mana hal itu memengaruhi psikologis nelayan.
”Oleh sebab itu, kami terus berkomunikasi dengan nelayan,” ujarnya.
Komunikasi itu, kata Krisna, tidak sekadar untuk mengetahui problem yang dihadapi nelayan. Melainkan juga untuk mendata berbagai peralatan yang dibutuhkan nelayan. Agar berbagai bantuan yang akan digelontorkan dinas benar-benar tepat sasaran. Sesuai dengan kebutuhan mereka.
”Agar target tangkapan ikan dapat berjalan sesuai dengan rencana,” katanya.
Ketua Kelompok Nelayan Pantai Baron Sumardi mengatakan, peralatan yang paling dibutuhkan nelayan saat ini adalah jala. Tidak sedikit jala nelayan yang rusak.
”Di sisi lain harganya mahal. Sekitar Rp 200 hingga 300 ribu,” sebutnya.
Dia tidak menampik, persoalan peralatan berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Pada 2018, misalnya, hasil tangkapan nelayan di bawah target. Lebih-lebih pada saat itu cuaca di pantai selatan tidak bersahabat.
”Untuk bulan ini, tangkapan rata-rata 50 kilogram per kapal. Tidak semua kapal melaut karena angin kencang,” ungkapnya.
Dia berharap bantuan peralatan dari pemkab diberikan tahun ini. Dia juga berharap cuaca di pantai selatan pada 2019 juga bersahabat. Agar nelayan bisa beraktivitas seperti biasanya.
”Akibat cuaca buruk sejumlah kapal rusak tahun lalu. Nelayan alih profesi karena tidak berani melaut,” ungkapnya. (gun/zam/tif)