JOGJA – Lokasinya yang berada di selatan Ring Road, banyak yang tidak percaya jika masih berada di wilayah Kota Jogja. Tapi nyatanya kebun Plasma Nutfah Pisang Jogja itu dinyatakan Kementrian Pertanian memiliki koleksi jenis pisang terlengkap di Indonesia. Bahkan di Asia Tenggara.

Kebun Plasma Nutfah Pisang sendiri sampai saat ini tercatat memiliki 346 jenis varian pisang. Lalu kenapa dinamakan plasma nutfah?

“Plasma Nutfa pisang sebenarnya memiliki arti tumbuhan pisang yang di-protoplasma-kan dari sel-sel yang mengundang kromosom-kromosom atau gen-gen. Selanjutnya, dari kromosom atau gen tersebut akan dikembangkan untuk mendapatkan keanekaragaman sifat yang dimilikinya untuk diteruskan kepada keturunan pisang,” ujar petugas teknis labolatorium kultur jaringan Any Widyastuti ketika ditemui di kebun Plasma Nutfah Pisang yang satu komplek dengan Kantor Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kota Jogja Senin (28/1).

Menurut dia, satu tunas pisang dapat menghasilkan banyak sel. Sehingga dengan dibelah akan membuat semakin banyak dan menyesuaikan kebutuhan. “Semakin sering di kultur maka sel-selnya akan semakin banyak,” ujarnya.
Pisang yang paling sering di-kultur adalah jenis Raja Bagus. Itu juga menjadi andalan Kota Jogja. Kemudian ada kapok, ambon, cavendis. “Itu yang banyak diminati masyarakat yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang di- kulturkan, serta berbagai tanaman langka seperti pisang genderuwo, pisang morosewo dan badak,” jelasnya.

Plt Kepala DPP Kota Jogja Sugeng Darmanto menambahkan, pada 2019 ini sudah direncanakan untuk bisa membuat 5.000 sampai 10.000 bibit pisang siap tanam. “Sebelumnya pada 2018 lalu, kami baru buat setahun hanya 1.200,” ujar Sugeng.

Menurut dia sebagai salah satu wahana edukasi sekaligus pusat pengembangan pohon pisang di Indonesia, Kebun Plasma Nutfah Pisang yang ada di Malangan Giwangan Umbulharjo, setiap hari tak pernah sepi pengunjung. Selain kerap dikunjungi warga yang ingin membeli bibit pisang, kebun tersebut juga banyak dikunjungi pelajar maupun akademisi yang ingin mempelajari pengembangan pohon pisang. “Bisa jadi potensi eduagrowisata,” papar mantan Kepala Bidang Pencatatan Sipil Dindukcapil Kota Jogja itu.

Potensi ke eduagrowisata sudah terbukti. Imam mengatakan dalam setahun dikunjungi hingga 11 ribu orang, paling banyak adalah para siswa sekolah. Tapi diakuinya untuk menjadi kawasan eduagrowisata, selain luasan lahan juga terkendala jumlah sumber daya manusia yang bekerja di kebun.

Didirikan atas gagasan Ibu Tien Suharto, Kebun Plasma Nutfah Pisang telah ada sejak 1988 silam. Dibangun di atas lahan seluas 19.525 meter persegi, kebun tersebut memiliki berbagai fasilitas pengembangan pohon pisang. Mulai dari tempat pembibitan dan penyilangan varietas pisang berupa laboratorium kultur jaringan, laboratorium olahan, laboratorium holtikultura, hingga lahan penanaman berbagai macam jenis varian pisang.

Bagi masyarakat kota yg memiliki lahan kultur ataupun tunas. Bisa membeli tunas pisang dengan harga mulai Rp 8.000. Begitupula untuk kultur jaringan juga 8000. “Kami dari DPP akan terus membuat kreasi yang baru terhadap olahan pisang ini, salah satunya adalah membuat minuman sari pisang, kerupuk bonggol pisang, tepung pisang, dan lainnya,” tambah Sugeng. (cr8/pra/fn)