GUNUNGKIDUL – Jumlah penderita demam berdarah dangue (DBD) di Gunungkidul meningkat drastis. Jika dibanding periode yang sama tahun lalu, jumlah warga yang terjangkit penyakit akibat gigitan nyamuk aedes aegypti pada bulan ini naik dua kali lipat.
”Jika sebelumnya 18 kasus, memasuki 31 Januari berubah menjadi 37 kasus,” kata Sekretaris Dinkes Gunungkidul Priyanta Madya Satmaka saat dihubungi Senin (4/1).
Dia menjelaskan, penderita paling banyak berada di wilayah Kecamatan Karangmojo dan Wonosari. Sementara, penderitanya tidak hanya orang dewasa, melainkan juga anak-anak.
”Belum ada kasus DBD sampai meninggal dunia. Semoga tidak ada,” harapnya.
Menurut Priyanta, peningkatan kasus DBD dipicu sejumlah faktor. Mulai dari tingginya curah hujan, peningkatan sebaran kasus di tempat lain (luar wilayah) dan perilaku masyarakat dalam gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) masih kurang.
“Sebagai upaya pencegahan, diupayakan ada juru pemantau jentik (jumantik) setiap rumah satu orang. Kami juga mendorong masyarakat untuk menanam tanaman pengusir nyamuk, seperti tanaman lavender atau serai,” ujarnya.
Kepala Dinkes Gunungkidul Dewi Irawati mengimbau masyarakat agar menguras tempat penampungan air, mengubur barang bekas, menutup penampungan air, dan memantau lingkungan. “Kepedululian masyarakat dan saling mengingatkan untuk menjaga lingkungan, harus ditingkatkan,” ingatnya. (gun/zam/riz)