JOGJA – Irfan Yunianto masih dalam keadaan shock saat menerima telepon dari Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Puspita, Jumat (15/3). Irfan yang merupakan dosen Pendidikan Biologi UAD menjadi salah satu korban selamat penembakan brutal teroris di Masjid Al-Noor, Christchurch, Selandia Baru. Dia berhasil selamat dengan segera melarikan diri.

Ida menuturkan, Irfan sudah berada di masjid sekitar lima menit sebelum kejadian dan melaksanakan salat sunnah tahiyyatul masjid di ruangan kecil dekat emergency exit. ”Beliau mengatakan entah kenapa hari itu tidak seperti biasanya, beliau merasa digerakkan oleh Allah untuk tidak langsung ke main hall masjid tapi ke dekat emergency exit,” jelas Ida.

Setelah salat sunnah, Irfan mendengar tembakan. Sesaat kemudian dia bersama sekitar 15 jamaah lain berhasil lari keluar dan melompati pagar masjid. Kemudian bersembunyi di rumah warga yang ada di belakang masjid. Saat itu suara tembakan masih terdengar dan durasi penembakan sekitar 6-7 menit dengan jumlah tembakan diperkirakan ratusan.

”Saya alhamdulillah waktu masuk masjid langsung ke ruangan sebelah yang agak kecil dekat pintu exit,” ungkap Irfan melalui pesan Whatsapp (WA) kepada Ida pada Sabtu pagi (16/3).

Irfan yang tengah menjalani studi doktoral Molecular Ontology di University of Otago mengatakan, ketika jamaah di main prayer hall ditembaki, dia dan jamaah bisa langsung kabur ke parkiran belakang. ”Lalu kami memanjat pagar sembunyi di rumah orang,” tutur Irfan masih di pesan WA.

Namun Irfan dan mereka yang selamat tidak berani bergerak untuk menolong korban terluka, meskipun melihat beberapa orang sudah tergeletak bersimbah darah. Sekitar lima jam kemudian para korban dievakuasi oleh polisi setempat.
”Info beliau (Irfan) juga kemarin (15/3) Christchurch masih terisolasi karena bandara ditutup atau lockdown,” tambah Ida.

Semua penerbangan menuju Christchurch dibatalkan, termasuk tim Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang masih tertahan baru bisa masuk pada Sabtu pagi (16/3).

Ida menambahkan, ada kesalahan informasi dari pihak Humas UAD yang mengatakan bahwa Annisa Nur Hasanah, putri dari pasangan dosen UAD Zuchrotus Zalamah dan Hadi Sasongko juga berada di lokasi penembakan. Ternyata, Anis yang kuliah S2 Teknik Sipil di The University of Auckland tidak berada di masjid tersebut, meskipun semua wilayah Selandia Baru dinaikkan status waspadanya dari rendah ke tinggi sejak Jumat (15/3). (tif/ila)