BANTUL – Hestuni Kristiari, perempuan usia 37 tahun itu kini menikmati hasil perjuangannya. Dia sukses menekuni dunia kerajinan berbahan baku vinyl yang mulai digelutinya sejak 2008 silam. Selain semakin banyak produk yang dihasilkan, omzetnya kini juga semakin besar.
Tetapi, tentu capaian yang diraih Hestuni tak mudah. Diperlukan perjuangan dan kemampuan mengkoordinasi antara mengurus rumah tangga dan mengembangkan usahanya itu. ”Semua tergantung niat dan dukungan keluarga. Juga kreativitas untuk berinovasi,” ungkap warga Punduhan RT 01 Tirtomulyo, Kretek, Bantul itu kepada Radar Jogja, Sabtu(9/3).
Dia memberi nama produknya Galih Craft. Konon awal mula usaha tersebut lahir, bersamaan dengan kelahiran anak pertamanya. Galih namanya. Sebelum menjadi perajin vinyl, dia menggeluti usaha box berbahan natural. Seperti enceng gondok. Namun sulitnya akses dan penyediaan bahan, maka dia beralih ke vinyl.
Pada awalnya, produk yang dia hasilkan hanya kotak-kotak tisu produk paling murah senilai Rp 17.000. Namun, hingga kini produknya mencapai 20 jenis. Ada tempat kosmetik, nampan, tempat toples, tempat ponsel, tempat perhiasan, dompet dan lain-lain, hingga produk termahal berupa tambir berukuran jumbo.
Orderan yang dia layani berasal dari berbagai daerah. Bahkan hingga luar Pulau Jawa. Jumlah pesanan pun hingga partai besar, ribuan buah. Dengan dibantu delapan orang karyawannya, dan pekerjaan borongan di enam rumah dia memroduksi ribuan pesanan dari pelanggannya. ”Seribu kotak tisu, selesainya satu bulan,” ungkapnya.
Dia juga memastikan pekerjaan yang dilakukannya itu sangat rapih. Dia tak ingin pelanggannya kecewa terhadap hasil kerajinannya. Adapun prosesnya, cutting karton, konstruksi, asamble material, dan finishing.
Meski orderan pesat, berbagai kendala ditemui. Seperti minimnya tenaga ahli jahit vinyl dan kemudian bahan karton sebagai bahan dasar pembuatan kerajinan tersebut. ”Jangan takut untuk menciptakan peluang,” pesannya. (cr6/din/mg2)