MUNGKID – Sedikitnya tercatat 19 titik longsor di empat kecamatan Kabupaten Magelang akibat guyuran hujan seharian. Empat kecamatan ini meliputi Salaman, Kajoran, Borobudur, dan Sawangan. Longsor kebanyakan berdampak menutup akses jalan. “Dari 19 titik bencana alam ini, terdiri atas 17 titik tanah longsor dan dua titik tanah bergerak. Tanah bergerak terjadi di wilayah Kalisak, Salaman dan Krinjing, Kajoran. Enam titik longsor di Sawangan semua berdampak menutup akses jalan,” kata Kalak BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto Senin (18/3).
Enam titik longsor yang menutup akses jalan antara Dusun Sanden- Dusun Bentrokan wilayah Desa Wonolelo dan akses jalan antara Dusun Sanden-Dusun Malang Desa Wonolelo. Kemudian akses jalan Dusun Nglampahan, Wonolelo, Kabupaten Magelang-Desa Tlogolele, Boyolali dan akses jalan dari jalan utama Boyolali-Magelang ke Dusun Gondang wilayah Desa Ketep. “Paling parah di Kecamatan Sawangan adalah longsor yang menutup akses jalan utama Blabak-Boyolali pada Km 25, tepatnya antara Dusun Windusabrang-Sanden wilayah Desa Wonolelo. Kemudian disusul lagi malam harinya pukul 23.35, terjadi longsor menutup akses jalan Blabak-Boyolali Km 26 di Dusun Windu, Sabrang,” tuturnya.
Edy mengakui semua longsor yang menutup akses jalan di Sawangan belum bisa tertangani hingga pagi hari. Karena relawan maupun petugas BPBD harus menangani longsor di daerah lain yang terjadi sore hari. Ditambah intensitas hujan masih turun cukup lebat pada malam hari. “Semua jalur tertimbun longsor tidak bisa di lalui roda dua maupun roda empat. Namun pagi tadi (kemarin, Red) BPBD sudah di lokasi bersama ptugas Bina Marga Provinsi Jateng menangani dengan alat berat,” jelasnya.
Kecamatan yang terparah tertimpa longsor adalah Kecamatan Salaman. Tercatat longsor terjadi di Desa Ngargoretno, Ngadirejo, Paripurno, Kalirejo, dan Desa Kalisalak. Masing-masing desa sedikitnya terjadi dua titik longsor, selain Ngargoretno. “Untuk wilayah Borobudur terjadi longsor di Desa Ngadiharjo dan Tanjungsari. Sedangkan Kecamatan Kajoran terjadi di Desa Krinjing,” ujarnya.
Menurut Edy, setidaknya empat keluarga dengan jumlah 16 jiwa harus mengungsi. Pengungsian terjadi karena rumah mereka terkena longsor maupun terancam longsor susulan. Pengungsian terbanyak ada di Dusun Kalisat, Paripurno, Salaman, sejumlah tiga keluarga. Selain itu di Kalisalak, Salaman, sebanyak satu keluarga mengungsi. “Untuk rumah terancam longsor terdapat 18 unit. Dan yang sudah mengalami rusak ringan akibat longsor ada sembilan rumah,” ungkapnya.
Sementara itu, Kades Kalisalak Maskur menjelaskan, sebenarnya tahun 2014 di lokasi longsor Dusun Basongan sudah dipasang early warning system ( EWS). Namun saat kejadian Senin pagi pukul 00.30 EWS tidak berfungsi karena alat tersebut sudah rusak. Akibatnya, penduduk tidak tahu bakal ada longsor. “Akibat kejadian ini, dua rumah di Dusun Gorangan Lor dan satu rumah di Dusun Basongan mengalami kerusakan,” ungkapnya. Maskur mengaku tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Saat ini penghuni rumah itu mengungsi ke tempat tetangga yang lebih aman. “Saat ini mereka sudah ada bantuan dari BPBD dan pemerintah desa setempat,” ujarnya. Bencana di Gorangan Lor berbeda dengan daerah lain, karena di sana masuk dalam kategori tanah bergerak. (dem/laz/mg4)