JOGJA – Upaya pencarian terhadap dua warga RT 02 Pajimatan, Kedungbuweng, Wukirsari, Imogiri yang tertimbun material longsoran Senin (18/3) belum membuahkan hasil. Memasuki hari kedua, Selasa(19/3), tim gabungan masih mengevakuasi material longsoran dan pepohonan yang tumbang di sekitar rumah kedua korban. Tim gabungan menduga dua korban bernama Eko Supratmi, 50, dan Rufi Kusuma Putri, 9, itu tertimbun di dalam rumah.

Supriyanta, warga RT 01 Pajimatan meyakini bangunan rumah korban itu masih utuh. Meski rumah dua lantai itu dihantam material longsoran berupa tanah dan bebatuan dari kompleks makam raja-raja di Imogiri.

”Kemungkinan posisi rumah tetap. Karena longsoran tanah langsung dari atas,” jelas pria yang ikut membantu dalam pembangunan rumah milik Widodo itu.
Seperti diberitakan, Widodo berhasil dievakuasi. Saat material longsoran menghantam rumahnya. Namun, Rufi Kusuma Putri, putri Widodo dan Eko Supratmi, pembantunya terjebak dan tertimbun material longsoran.

Dari pantauan, ada tiga alat berat yang diterjunkan untuk mengevakuasi material longsoran. Agar tim gabungan dapat menuju titik lokasi yang diduga dua korban tertimbun.

Menurut pria 56 tahun ini, kedua korban diduga berada di dalam kamar.
”Rumah menghadap ke selatan. Sedangkan kamar di sebelah barat,” ungkapnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul Dwi Daryanto mengungkapkan, pemkab telah menetapkan status siaga darurat bencana.

Status ini mulai kemarin hingga satu pekan ke depan. Tujuannya, agar proses pemulihan berjalan maksimal. Sebab, penetapan status ini memperbolehkan penggunaan anggaran belanja tak terduga.

Seluruh wilayah terdampak, kata Dwi, mendapat prioritas pemulihan. Tak terkecuali longsoran di Pajimatan.
Di tempat terpisah, Bupati Bantul Suharsono memastikan seluruh kebutuhan logistik korban bencana banjir dan longsor tercukupi.

Di Kabupaten Kulonprogo, penanganan tanggul Sungai Serang yang jebol dikebut. Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) membuat tanggul sementara. Dengan menggunakan karung berisi pasir dilapisi terpal.

“Sementara sudah cukup untuk membantu menahan air sebelum dibangun tanggul permanen,” ucap Konsultan Perbaikan Tanggul Margiyono.
Seperti diketahui, hujan yang mengguyur Kulonprogo Minggu (17/3) menyebabkan Sungai Serang banjir. Akibatnya, tanggul di Dusun Bendungan Kidul, Bendungan,Wates jebol. Ratusan warga terpaksa harus diungsikan.

Kepala Dusun Bendungan Kidul Suharto mengatakan, jebolnya tanggul merupakan kali pertama di wilayahnya. Ada 402 warga yang terdampak. Mereka diungsikan ke Stadion Cangkring. Selain itu, perabot rumah tangga banyak yang rusak dan hilang terbawa arus.

“Ketinggian air mencapai dada orang dewasa,” katanya.
Banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Serang beberapa hari lalu juga berdampak ke sektor pertanian. Area persawahan produktif siap panen terendam air bah.

Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kulonprogo Tri Hidayatun menyebut lahan pertanian di lima kecamatan terdampak banjir. Yakni, di Kecamatan Lendah, Galur, Temon, Wates, dan Panjatan. Kondisi cukup parah di wilayah Panjatan. Tanaman padi yang masih dalam persemaian terendam air cukup tinggi. Sedangkan di wilayah Temon dan Wates, tanaman memasuki tahap menjelang panen.

”Belum diketahui pasti berapa luasan lahan yang terendam banjir berikut nilai kerugiannya,” katanya.
Dari pantauan, Stadion Cangkring kemarin sudah kosong. Korban banjir sudah pulang ke rumah masing-masing. Kendati demikian, dapur umum dan posko pengungsian masih dibuka jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

”Sekarang difokuskan pada pelayanan di rumah-rumah warga secara langsung. Kami distribusikan obat-obatan,” ucap Koordinator Pengungsian Heru Meiyanto.

Hingga Selasa(19/3), BPBD DIJ mencatat ada sejumlah fasilitas publik yang rusak. Hanya, untuk nominal kerugian belum terdata seluruhnya. Sebab, fokus saat ini adalah evakuasi dan pembukaan akses. Terutama di kawasan terdampak banjir dan longsor.

Kendati begitu, Kepala Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalop) BPBD DIJ Danang Samsurizal memastikan Pemda DIJ tidak menetapkan pascabencana ini sebagai status tanggap darurat. Beda dengan Kabupaten Bantul dan Kulonprogo. Sebab, penetapan status bertujuan agar dapat mengakses dana belanja tak terduga.

”Untuk level provinsi masih bisa ditangani dengan dana rutin. Itu semua mencakup perbaikan yang dilakukan DPUKP provinsi. Semua instansi yang infrastrukturnya terdampak juga bisa menangani,” jelasnya.

Melihat kejadian ini, Danang menyarankan perlunya kajian layak huni. Terutama di wilayah Bantul. Sebab, longsor berawal dari titik jenuh tanah wilayah di perbukitan. (cr6/tom/dwi/zam/mg2)