BANTUL – Desa Trimurti, Srandakan, Bantul resmi menyandang status desa tangguh bencana (Destana). Sebagai informasi desa tersebut merupakan desa ketiga di Bantul yang dikukuhkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY.

Sebelumnya, pengukuhan sudah terlebih dahulu dilakukan terhadap Desa Trirenggo, Bantul dan Triwidadi, Pajangan. Bertepatan dengan peresmian Desa Trimurti menjadi destana diadakan gladi lapang menghadapi bencana. Simulasi dipusatkan di lapangan Kedungbuleng, Trimurti, Srandakan, Bantul, Kamis(21/3).

Saat mengikuti gladi lapang tersebut, peserta diberi pelatihan mitigasi bencana tsunami. Mereka diberikan pemahaman cara menyelamatkan diri. Sekaligus menangani korban bencana. Semua peserta simulasi adalah warga Desa Trimurti. Mereka mendapatkan pelatihan dari BPBD DIY selama 12 kali. Materi diberikan di kelas selama sembilan kali. Sisanya tiga kali berupa simulasi di lapangan.

Menanggapi pengukuhan itu, Lurah Desa Trimurti Agus Purwoko mengucapkan terima kasih. Dia juga mengapresiasi digelarnya simulasi dengan melibatkan relawan dan warganya.

“Simulasi seperti ini dapat meningkatkan kesiapan masyarakat menghadapi bencana. Terlebih Desa Trimurti merupakan daerah yang sangat dekat dengan pantai,” ucap Agus.

Harapan itu juga disampaikan kepada para relawan. Dengan gladi lapang itu, relawan yang tergabung dalam Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) dapat meningkatkan kapasitasnya. Terutama kemampuan menghadapi ancaman bencana tsunami.

Dengan diresmikannya Desa Trimurti menjadi destana, dia optimistis memberikan kontribusi positif bagi warganya. Peresmian Desa Trimurti menjadi destana dilakukan Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD DIY Fauzan.

Kepada warga maupun relawan, Fauzan mewanti-wanti simulasi itu hanya awal dari penanganan bencana. Semua itu, sambung dia, dimaksudkan agar masyarakat siap menghadapi bencanan. Simulasi semacam itu tidak boleh berhenti. Harus terus dan terus dilakukan. “Ingat bencana adalah sesuatu yang tidak dapat diduga dan dapat datang sewaktu-waktu,” ingatnya dengan nada serius.

Dia lantas memberikan ilustrasieperti pemain tinju dan sepakbola. Mereka tetap berlatih walau belum ada pertandingan. Hal serupa berlaku dengan mitigasi bencana. Masyarkat harus terus belajar. “Tujuannya agar tangguh ketika menghadapi bencana,” jelasnya.

Fauzan menambahkan, geografis Desa Trimurti mirip dengan Aceh. Provinsi di ujung barat nusantara itu pada 26 Desember 2004 pernah dilanda bencana tsunami dengan begitu dasyat. Belajar dari kejadian di Aceh, Fauzan meminta masyarakat Desa Trimurti agar selalu waspada. Mereka harus peka terhadap kondisi alam.

“Saya juga tidak berharap bencana terjadi. Namun kita harus siap menghadapi. Kita harus paham tentang bagaimana mengelola bantuan, menyelamatkan diri, keluarga dan semua orang,” imbuh birokrat kelahiran Meulaboh, Aceh ini.

Peresmian Destana Trimurti dilanjutkan dengan penyerahan sertifikat dan pelepasan kain selubung. Seluruh peserta simulasi, relawan dan jajaran BPBD DIY kemudian mengakhiri acara dengan foto bersama. Mereka dengan lantang meneriakan yel-yel atau jargon destana. “Tanggap, tangkas dan tangguh,” serunya kompak. (cr5/kus/mg3)