SLEMAN – Curah hujan tinggi juga berpotensi menyebabkan tanah longsor di wilayah Prambanan, Sleman. Khususnya di area perbukitan. Yang kontur tanahnya labil. Karena tersusun oleh campuran tanah dan batuan kecil.
Potensi longsor sudah tampak sejak hujan deras pada Minggu (17/3) lalu. Sebagian tanah di Prambanan ambles akibat pergerakan tanah.
Kabid Kedaruratan dan Logistik, BPBD Sleman Makwan menilai pergerakan tanah di Prambanan cenderung stabil jika curah dan durasi hujan normal. Namun, hujan pada Minggu berlangsung seharian. Mengakibatkan tanah ambles di wilayah Dusun Magursari, Gayamharjo. “Itu berawal adanya retakan kecil, hanya 10 cm. Lalu melebar jadi 40 cm dan amblas 50 cm. Panjang retakan 30 meter dan lebar 20 meter,” papar Makwan Jumat(22/3).
Tanah ambles berdampak terputusnya jalan penghubung antardesa. Di wilayah Magirsari-Gambirsari, Padukuhan Lemahbang. Kendaraan roda empat atau lebih tak bisa melintas. Karena itu akses jalan tersebut ditutup sementara. Makwan mengaku kesulitan mengambil tindakan lantaran terkendala kedalaman tanah ambles.
Terpisah, Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jogjakarta Djoko Budiyono menjelaskan, potensi hujan di DIJ masih cukup besar. Selama maret curah hujan di atas 300 mm.
Djoko memastikan siklon Savanah sudah tidak ada. Tersisa tekanan udara rendah yang tidak memengaruhi cuaca di DIJ. Namun muncul siklon baru, TC Veronika, di sebelah barat Australia. Atau di Samudera Hindia, selatan Nusa Tenggara Barat. Siklon Veronika diprediksi akan berpengaruh terhadap cuaca.
Berupa terbentuknya through atau palung tekanan rendah di selatan Jawa. “Ini berpotensi menimbulkan hujan lebat. Terutama di bagian selatan Jogjakarta,” jelasnya.
Siklon Veronika juga menyebabkan terbentuknya area konvergensi (pertemuan atau perlambatan angin). Yang memicu pembentukan awan-awan hujan di DIJ.(har/yog/mg2)