JOGJA- Peralatan menjadi salah satu kendala bagi para atlet cabang olahraga panahan yang mengikuti pemusatan latihan daerah Pekan Paralimpik Nasional (Puslatda Peparnas) Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ).
Menurut pelatih puslatda panahan Peparnas DIJ Ika Septi Kurniawati, panahan adalah olahraga teknologi. Karena itu memerlukan peralatan yang memadai dan standar. “Kalau alat tidak mencukupi bagaimana mau latihan,” jelasnya di Lapangan Kopertis, Kamis (28/3).
Menurutnya, saat ini pihaknya mengajukan alat-alat yang dibutuhkan. Kekurangan itu bahkan terjadi di semua kategori. Itu mulai dari busur maupun anak panah. Busur dan anak panah jelas tidak bisa dibebankan ke atlet, karena cukup mahal.
Padahal, cabor ini cukup unggul dibanding cabor paralimpik yang lain. Peparnas sebelumnya panahan DIJ meraih 7 emas, 4 perak, dan 6 perunggu. Ia pun berharap Peparnas 2020 mendatang dapat meningkatkan perolehan medali. “Hanya selisih 1 emas sama Jawa Barat sebagai tuan rumah,” tambah pelatih lain Ujang Joko Lelono.
Sedangkan untuk fasilitas seperti lapangan, sasaran, dan berbagai penunjang lain telah mencukupi. DIjelaskannya, saat ini Lapangan Kopertis dan Stadion Sultan Agung sudah layak untuk latihan. “Anak-anak nyaman di sini,” jelasnya.
Ika saat ini melatih 15 atlet yang meliputi tiga kategori, yakni standar bow, recurve, dan compound. Saat ini para atlet sedang menjalani persiapan umum. Persiapan ini meliputi intensitas jumlah tembakan serta membentuk fisik dan teknik. Jarak dibuat lebih dekat dan tanpa target.
Berbeda dengan persiapan khusus yang akan dilangsungkan mulai Mei mendatang. Jarak pelan-pelan dibuat semakin jauh sampai jarak sesuai kompetisi yang diikuti. Setelah itu, mulai Juli akan diselenggarakan pra-kompetisi. (cr10/din/mg1)