BANTUL – Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan akhirnya dibuka lagi. Sekitar pukul 06.00, Jumat(29/3). Setelah lima hari ditutup paksa oleh warga setempat. Akses jalan menuju tempat pengepulan sampah dari tiga wilayah: Bantul, Sleman, dan Kota Jogja, itu sempat diportal. Gara-garanya antrean ratusan truk pengangkut sampah yang mengular hingga di jalan-jalan kampung. Setiap hari. Selain menimbulkan polusi bau, truk selalu meninggalkan “jejak” tak sedap. Sebab, sebagian besar sampah yang diangkut tak terbungkus plastik. Sehingga ada yang menetes atau berceceran di jalan.
Selain itu kondisi jalan tersebut rusak karena setiap hari dilalui ratusan truk pengangkut sampah bertonase besar.
Pemblokiran akses ke TPST Piyungan mengakibatkan tempat-tempat penampungan sampah sementara menggunung di mana-mana. Bahkan berserakan di jalan-jalan. Gubernur DIJ Hamengku Buwono X pun harus turun tangan.
Ketua Pemulung TPST Piyungan Maryono mengungkapkan, gubernur secara resmi memerintah warga untuk membuka blokade. “Sebenarnya masih harus dilakukan perbaikan (jalan, Red). Tapi karena Ngarsa Dalem sudah dhawuh, maka hari ini (kemarin) TPST dibuka lagi,” ucap Maryono kemarin. Sejauh ini pria paro baya itu didaulat sebagai juru bicara warga Piyungan terdampak sampah.
Menurutnya, pembukaan blokade akses menuju TPST Piyungan karena pemerintah menyanggupi tuntutan warga setempat. Yaitu pengoptimalan dermaga. Agar mampu menampung lebih banyak truk. Selain itu ada kesanggupan pemerintah untuk mengatur jadwal pembuangan sampah.
Dari pantauan Radar Jogja, aktivitas di Piyungan sudah seperti hari-hari biasanya. Beberapa truk pengangkut sampah tampak antre menunggu giliran buang sampah.
Meski akses ke TPST Piyungan telah dibuka, Maryono menilai kondisi jalan ke dermaga masih jauh dari layak. Itu lantaran proses perbaikan jalan oleh pemerintah belum tuntas. Masih sebatas ditimbun dengan tanah uruk. Perbaikan dermaga sisi selatan juga belum kelar. Namun dermaga tersebut teatp dipaksakan beroperasi. Maryono berharap perbaikan dermaga dipercepat. Pun demikian pengerjaan dermaga sampah di sisi utara.
Ke depan, lanjut Maryono, TPST Piyungan akan memiliki dua dermaga untuk bongkar muatan. Dermaga sisi selatan untuk bongkar muat truk pelat merah. Sedangkan sisi utara untuk truk swasta/umum.
Keberadaan dua dermaga juga untuk memecah antrean truk saat akan bongkar muatan. “Antrean truk itulah yang paling mengganggu aktivitas warga sehari-hari,” bebernya.
Mohammad Soleh, 34, sopir truk sampah, menyambut baik perbaikan dermaga sampah. Area yang lebih luas memudahkannya saat memutar truk setelah bongkar muat. “Tapi ban truk sering selip karena jalannya berupa tanah. Bukan aspal,” kritiknya.
Pemblokiran akses ke TPST Piyungan sempat berimbas di Gunungkidul. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gunungkidul Agus Priyanto mengungkapkan, selama TPST Piyungan ditutup anggotanya mendapati sedikitnya lima truk pengangkut sampah berpelat nomor luar Gunungkidul menuju Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Wukirsari, Baleharjo, Wonosari. Padahal TMPAS Wukirsari saja sudah kebebanan sekitar 360 ton sampah per hari. Hanya dari warga Gunungkidul.
“Satu armada pengangkut sampah diketahui sempat bongkar muat di TPAS Wukirsari,” ungkapnya.
Tak mau kecolongan lagi petugas DLH Gunungkidul bersiaga. Dan benar, empat truk lain datang ke TPAS Wukirsari di hari lain. Setelah ditegur, si sopir malah bernegosiasi dengan petugas. Tapi tetap ditolak. Karena sejauh ini belum ada aturan TPAS Wukirsari bisa menerima sampah dari luar Gunungkidul.
Agus tak peduli jika dikomplain oleh pihak tertentu yang merasa tertolak saat akan bongkar muat sampah di TPAS Wukirsari. Dia memiliki dasar hukum yang cukup kuat. Karena belum ada kerja sama dengan Pemprov DIJ terkait pengelolaan sampah. “Kalau kami mempersilakan bongkar sampah di Gunungkidul tanpa prosedur itu salah,” tegasnya.
Kepala DLH Kota Jogja Suyana membenarkan alasan warga Piyungan menutup TPST. Antrean terlalu panjang dan lama. Satu truk bisa sampai lima jam mengantre. “Penutupan TPST Piyungan kali ini merupakan yang terlama,” katanya. Sampah berserakan di jalanan Kota Jogja diakui Suyana sangat mengganggu wisatawan.
Untuk mencegah antrean truk sampah mengular di Piyungan, lanjut Suyana, jadwal bongkar muat telah diatur. Tiap Sabtu dan Minggu khusus truk sampah dari Kota Jogja. Sedangkan hari lain dibagi untuk truk asal Sleman dan Bantul.(cr5/gun/cr8/yog/mg2)