MAGELANG – Gerakan Melek Sejarah (Gemes) yang diinisiasi Direktorat Sejarah Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dilaksanakan di Magelang Kamis (28/3). Dalam kegiatan yang digelar di Museum BPK RI Magelang itu, dipamerkan beragam buku sejarah bangsa. Termasuk menghadirkan dua lukisan masterpiece karya Haris Purnomo dan Ronald Manullang.
”Kami pamerkan beragam buku sejarah dari berbagai bidang, seperti pendidikan, sosial, ekonomi, dan lainnya. Sasarannya anak-anak milenial agar lebih mengenal sejarah bangsanya,” kata Direktur Sejarah Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Triana Wulandari di sela acara.
Gemes fokus pada pameran literasi sejarah. Ditampilkan pula beberapa alat pembelajaran yang interaktif, seperti aplikasi atlas, buku digital, film pendek, dan lainnya. Termasuk zona khusus untuk mengenal lebih dekat sosok pahlawan nasional, Pangeran Diponegoro.
”Kami tampilkan zona khusus Pangeran Diponegoro. Di zona ini ada video pendek tentang sejarah Perang Jawa, atlas interaktif tentang Perang Jawa, dan area khusus lukisan tentang Sang Pangeran. Dua lukisan asli kita pajang karya Haris Purnomo dan Ronald Manullang serta 40 lukisan repro,” tuturnya.
Triana menyebutkan, Pangeran Diponegoro ditampilkan khusus dalam Gemes ini, karena anak-anak milenial sekarang bisa mengambil inspirasi darinya. Diponegoro yang ditangkap oleh Belanda di Kota Magelang ini memiliki jiwa nasionalisme dan semangat juang yang tinggi.
“Beliau punya jiwa kepemimpinan yang kuat, keteguhan, dan lainnya. Melalui Gemes ini kami harap dapat menguatkan keberlanjutan sejarah. Pemahaman sejarah tidak hanya secara tekstual saja, tapi juga pola pikir dan sikap kritis di tengah derasnya arus informasi saat ini,” jelasnya.
Ikut hadir, Wakil Wali Kota Magelang, Windarti Agustina yang turut membuka pameran. Lalu WardimanDjojonegoro, mantan Menteri Pendidikan era 1993-1998 dan sejarawan Peter Carey yang juga mengisi agenda bedah buku.
Dalam kesempatan ini, Windarti mengaku, sangat bangga Kota Magelang menjadi tempat pertama diadakannya Gemes ini. Ia pun menilai, Gemes tidak hanya diadakan sekali, tapi bisa diadakan rutin setiap tahun.
“Acara yang sangat mendidik generasi muda kita, maka harus menjadi agenda rutin. Pemkot Magelang sendiri berkomitmen mendukung Gemes ini dan siap menyukseskannya lagi di tahun mendatang,” ungkapnya.
Dia menyebutkan, Kota Magelang tak akan lepas dari kisah sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro. Di Kota Jasa inilah, Sang Pangeran ditipu oleh kolonial Belanda dan ditangkap untuk kemudian diasingkan.
“Untuk mengenang itu, maka hadirnya Museum Pangeran Diponegoro yang menyimpan banyak koleksi bersejarah, salah satunya kursi yang di sandaran tangannya terdapat cakaran Sang Pangeran yang marah karena ditipu oleh Belanda,” tandasnya.
Rangkaian kegiatan Gemes diawali dengan teater tari Aku Diponegoro, dilanjutkan dengan pameran lukisan, pameran buku koleksi Direktorat Sejarah Kemendikbud, bedah literasi yang menghadirkan penulis Peter Carey, Mikke Susanto, dan keturunan ke-7 Pangeran Diponegoro Ki Roni Sodewo. (dem/zam/mg1)