BANTUL – Belajar sejarah dan budaya Jawa kini tak lagi membosankan, karena ada salah satu museum di Jogjakarta yang menawarkan cara unik. Adalah History of Java Museum yang terletak di Jalan Parangtritis Km.5,5 museum ini menggunakan teknologi AR (Augmented Reality).

Dengan teknologi tersebut, para pengunjung bisa menyaksikan tokoh yang ada di museum bergerak-gerak di layar handphone. Namun untuk menikmati wahana AR, pengunjung harus terlebih dahulu mengunduh aplikasi khusus museum ini yang di Play Store.

Humas Hystory of Java Museum Ari Wasto Jatmiko menuturkan, museum tersebut diklaim adalah museum pertama kali di Jogjakarta yang menggunakan teknologi AR sebagai wahananya. Selain lebih modern, museum ini juga diklaim dapat memberikan edukasi secara menyenangkan

Museum ini menyimpan berbagai koleksi barang peninggalan yang berasal dari berbagai wilayah di Pulau Jawa. Bahkan ada beberapa koleksi yang berusia hingga 2,5 juta tahun.

”Di sini tersedia dari koleksi zaman prasejarah hingga barang-barang seni yang masih eksis hingga saat ini,” ungkapnya.

Ketika masuk kedalam musem ini, pertama-tama pengunjung akan diajak untuk menonton film yang berdurasi empat setengah menit. Dimana film tersebut berisi tentang sejarah terbentuknya Pulau Jawa dan berbagai kebudayaan didalamnya.

Usai menonton film, pengunjung kemudian diajak ke dalam lorong Austronesia. Kepala Guide Museum Yanuari Krystiawan menjelaskan, pada lorong austronesian para pengunjung dapat mempelajari awal perkembangan Pulau Jawa. Seperti kondisi geografisnya, penduduk serta hewan asli yang mendiami wilayah tersebut.

Selain itu, di lorong ini juga dapat dilihat berbagai barang peninggalan manusia purba yang terbuat dari batu dan perunggu, lengkap dengan penjelasannya. Dan jika ada barcode khusus, maka tokoh yang ada di museum ini muncul dan bergerak ketika di scan menggunakan aplikasi AR.

”Binatang yang ada di di-scan nantinya juga dapat mengeluarkan suara. Diaplikasi tersebut pengunjung pun bisa mengambil foto bersama objek AR-nya,” imbuh Yanuar.

Selanjutnya, di lorong kedua para pengunjung akan melihat lorong Majapahit. Berbagi barang peninggalan kerajaan Hindu-Budha di Indonesia dapat dilihat di lorong ini. Seperti arca berbentuk binatang mitologi dan artefak khas kerajaan itu.

Ke tiga adalah lorong Walisongo, berbagai barang peninggalan kerajaan Islam dan tokoh penyebarnya dapat di pelajari di wahana ini. Peninggalan yang ada di lorong ini, seperti wayang dan berbagai artefak dengan goresan huruf arab kuno. ”Ke empat adalah lorong Mataram, di sini mengulas tentang sejarah kerjaan Sultan Agung dan keturunannya. Pada lorong ini, juga diceritakan pecaahnyan Kasultanan Mataram menjadi dua yaitu Jogjakarta dan Surakarta,” jelasnya.

Ada pula lorong Kraton Paviliun, di sini tersedia berbagai barang asli dari Kraton Jogja dan Surakarta. Namun di lorong Kraton Paviliun pengunjung hanya diijinkan melihat-lihat saja tanpa boleh memotret dan merekam.

Salah satu pengunjung, Ahmad, 23, mengatakan sensasi ketika mengunjungi museum ini memang terasa berbeda dari museum lainnya. Menurutnya, ini adalah sesuatu yang unik, karena fokus di museum ini adalah barang kuno namun bisa dikemas dengan menggunakan teknologi modern. ”Selain itu tiketnya juga murah sekitar Rp 30 ribu,” jelasnya. (cr5/ila)