SLEMAN – Kendati menyandang predikat sebagai Kota Pelajar, fasilitas pendidikan di Jogjakarta belum sepenuhnya baik. Di Sleman, ada sekolah yang menjadi langganan banjir saat hujan.
Dua di antaranya, SMPN 2 Gamping dan SDN Pogung Kidul. SDN Pogung Kidul menjadi langganan banjir sejak 2010.
Kepala SDN Pogung Kidul, Budi Istiningtyas menjelaskan, kondisi itu terjadi akibat ketinggian jalan lebih tinggi dari bangunan sekolah. Saat hujan deras, air dari perumahan di utara sekolah masuk ke halaman sekolah.
Di sekolah itu ada empat sumur resapan. Namun belum berfungsi maksimal. Saluran drainase di sekitar sekolah juga belum bisa mengalirkan debit air yang tinggi saat hujan deras. Air hujan justru meluap.
“Biasanya, kalau hujan deras, ketinggian air (yang masuk halaman sekolah) bisa sampai 40 cm lebih,” kata Istiningtyas (7/4).
Dikatakan, jika hujan deras berdurasi lama, menyebabkan tiga ruang kelas dan satu kantor terendam air. Mengganggu proses belajar mengajar.
“Memang dulu sudah banjir. Namun tidak sampai masuk kelas. Baru-baru ini saja (banjirnya masuk ke kelas),” ujar Istiningtyas.
Dia telah berkomunikasi dengan wali murid untuk mencari solusi. Entah menambah sumur resapan, atau meninggikan sekolah. Namun terbentur kendala anggaran sekolah yang minim.
Pihaknya bisa mengajukan dana bantuan operasional sekolah (BOS). Namun BOS juga terbatas. Sebab jumlah yang didapat dari BOS tergantung jumlah siswa.
“Kami pernah mengadu ke Dinas Pendidikan. Kalau kami mencari dana dari BOS dengan nominal yang besar belum mampu. Karena terbentur jumlah siswa yang hanya 133 anak,” kata Istiningtyas.
Sementara itu, Kabid Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan, Dinas Pendidikan (Disdik) Sleman, Sri Adi Marsanto menjelaskan, persoalan SDN Pogung Kidul sama seperti SMPN 2 Gamping. Sama-sama bermasalah pada saluran pembuangan air.
“Saluran airnya tersumbat. Nanti akan kami dinormalkan kembali,” janji Adi.
Selain itu, maraknya pembangunan hunian atau tempat usaha, juga menjadi salah satu penyumbang sulitnya air meresap ke tanah. Pekarangan sebagian besar telah di konblok. Air sulit meresap ke dalam tanah.
Dia akan berkoordinasi dengan dinas-dinas teknis lain. Agar persoalan tersebut tidak berlarut-larut dan segera ditangani.
Sebab di Disdik Sleman, tidak bisa menganggarkan dana perbaikan dengan cepat. “Kalau di sini (Disdik) semua sudah terencana. Untuk dana tidak terduga, kami tidak punya,” kata Adi.
Dia hanya bisa mengusulkan anggaran perbaikan pada penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Untuk SMPN 2 Gamping akan diusahakan pada anggaran perubahan Agustus 2019.
“Kalau bisa yang SDN Pogung Kidul juga di anggaran perubahan,” harap Adi. (har/iwa/zl/mg2)